"Isma ...." Lirihku dan aku kecewa melihat wajahnya yang sama sekali tidak menunjukkan raut bahagia saat bertemu lagi denganku. Isma bergerak menjauh ketika aku mendekatinya dan ingin memeluknya, seolah ia takut padaku. "Apa kabar, Sayang?" tanyaku dengan suara bergetar menahan tangis. Aku memang sudah menduga sambutan Isma akan seperti ini, tetapi hati ini tetap saja rasanya sakit sekali. "Alhamdulillah aku baik. Sangat baik," jawabnya. Sama sepertiku, suaranya bergetar seakan menahan tangis. Hening. Bibirku rasanya kelu padahal dari semalam aku sudah menyusun kata-kata yang akan kusampaikan saat kami bertemu lagi. Ia sama sekali tak membalas tatapanku. Matanya menatap cemas ke arah Ayra yang berada dalam gendonganku, seakan takut aku akan memisahkannya dengan putri kami. "Kamu t

