Napas Alleia terengah-engah mengimbangi ciuman panas Braga. Saat Braga melepas tautan bibir mereka, Alleia segera menarik napas dalam-dalam. Saat tidak mabuk saja Alleia tidak bisa mengimbangi ciuman Braga, apalagi saat Braga mabuk. “Mas, kita pulang saja!” ajak Alleia mengusap bibirnya yang bekas dicium Braga. “Kenapa kamu hapus, Alleia? Kamu tidak ingin mengingat rasa ciumanku?” tanya Braga saat melihat Alleia menghapus bekas ciumannya, Braga berdiri sempoyongan dengan terus mengoceh. Alleia menahan sekuat tenaga tubuh Braga yang hampir limbung. Dalam hati Alleia hanya menatap Braga aneh, ciuman saja bisa kuat dan ganas, tapi berdiri saja sudah lemas. “Alleia, jangan dihapus bekas ciumanku, Sayang … aku ke sini melewati lembah, menyusuri sungai, lautan, hutan lebat, air mengalir sa