BOS GALAK

1037 Kata
"Aku harus mandiri seperti kak Fransisca, gumam Delian. Kini pikiran Delian jauh lebih tenang setelah Alana mengatakan nanti ia akan menjadwalkan liburan lagi bersama keluarga agar Delian juga bisa ikut. *** Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Delian keluar dari kamarnya dengan memakai pakaian rapi, memakai kemeja dan celana bahan, lalu ia berjalan ke arah kamar Fransisca. Setibanya di depan kamar Fransisca. Delian mengetuk pintu terlebih dahulu. "Siapa?" tanya Fransisca dari dalam kamar. "Ini aku kak, Delian," jawab Delian. "Masuk De!" Delian pun masuk ke kamar Fransisca dan ternyata Fransisca dengan telponan dengan seseorang. "Yang, sudah dulu ya, nanti aku telepon balik," ujar Fransisca. Panggilan Fransica dengan orang itu pun berakhir. "De. kemarilah," pinta Fransisca pada Delian yang masih berdiri di dekat pintu. Delian pun mulai mendekati Fransisca yang saat itu duduk di atas tempat tidur. "Ada apa?" "Apa mau tanya apa saja yang akan aku bawa besok?" tanya Fransisca sambil tersenyum. "Aku ga jadi ikut kak," jawab Delian lesu. "Loh? kenapa?" "Kita akan berlibur loh De, ke pantai. Kita bisa mencoba beberapa olahraga pantai dan laut," ujar Fransisca semangat. "Iya kak, aku juga berpikir seperti itu, tapi aku tetap tak bisa ikut," ucap Delian. "Kenapa kamu ga jadi ikut?" tanya Fransisca. Delian membuang nafasnya kasar. Setelah itu ia pun mulai berbicara. "Begini kak. aku besok dan lusa harus tetap bekerja." ucap Delian. "Bukannya sudah mengajukan cuti?" tanya Fransisca. "Sebelumnya atasanku mengizinkan aku ambil cuti." "Tapi ternyata, besok dan lusa ada acara penting di hotel. Akan ada pertemuan para pengusaha dan banyak peserta dari luar negeri. Atasanku minta agar aku tetap bekerja karena hanya aku yang bisa berbahasa asing dengan fasih dan aku menguasai beberapa bahasa juga," ucap Delian. "Wow!" seru Fransisca takjub. "Ya sudah kamu ga usah ikut dulu liburan deh, kamu sangat dibutuhkan di hotel De," ujar Fransisca yang tahu kalau adiknya itu bekerja di hotel kekasihnya. El Zein Hotel, tapi Fransisca memilih tak mengatakan itu pada Delian. "Tapi aku malas banget deh kak, aku kan ingin liburan bersama kakak, ayah, ibu dan Fannan juga. Ini adalah liburan pertama untuk kita," ucap Delian sambil cemberut. "Sudah-sudah." "Kita bisa liburan nanti lagi kok," ucap Fransisca. "Tapi kan Ka Fransisca akan segera menikah," ujar Delian. Fransisca tersenyum. "De, kakak menikah dengan orang yang satu kota dengan kita. Jadi kamu tenang saja De, kita akan masih bisa tetap bertemu,"jelas Fransisca. Delian terdiam. Karena tahu orang yang telah menikah pasti akan lebih sibuk dengan suami dan rumah tangganya. "Kalau kamu takut. nanti kakak akan mengajak ayah, ibu dan Fanan liburan setelah acara lamaran kakak bulan depan. Mendengar usulan itu dari Fransisca, Delian langsung tersenyum sangat senang. "Oke, baiklah kak," jawab Delian. Delian sama sekali tak menjelekan Kenan pada Alana atau pun Fransisca. Meskipun ia sangat kesal pada bos nya itu, dia masih bisa menyembunyikan kebenciannya pada seseorang pada keluarganya. Hanya kepada Jane teman kerjanya Delian bisa mengatakan bahwa ia sangat kesal pada Kenan. Padahal Kenan nantinya akan menjadi kakak iparnya juga, Kenan adalah kekasih Fransisca. *** Kini Delian sudah ada di dalam taksi. Saat itu jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Delian pergi ke hotel sendiri. Karena sesuai perintah Max. Delian harus menginap di hotel selama dua malam, malam ini dan besok. Delian sudah mengatakan kalau ia tak bisa ikut liburan pada Henry dan tanggapan Henry sangat di luar dugaan. Henry sangat senang saat tahu Delian tak bisa ikut liburan karena dibutuhkan oleh hotel. "Anak ayah yang satu ini juga sangat cerdas?! kamu menguasai beberapa bahasa asing. Tetaplah bekerja, kamu sangat dibutuhkan di tempat kerjamu!" Delian mengingat wajah Henry, ayah angkatnya saat memuji dirinya. Delian hanya tersenyum. Kalau aku tak pandai bahasa asing, mungkin aku juga tak akan dipaksa bekerja saat weekend dan saat akan melakukan liburan dengan keluarga, batin Delian. *** Sesampainya di hotel. Delian melihat tuan Max ada di lobby hotel. "Sepertinya tuan Max belum pulang sedari tadi," gumam Delian. Saat itu Max sudah tak lagi memakai jas yang selalu ia kenakan saat kerja, tak ada pula dasi yang selalu ia pakai. Kini wakil General Manager itu hanya mengenakan kemeja dan celana bahan. Tak ada aksesoris lain, termasuk jam tangan mahal yang selalu ia kenakan di pergelangan tangan kanannya. "Tuan Max sangat terlihat sibuk sekali," ucap Delian pelan sambil berjalan mendekati Max. Max, Lelaki berusia empat puluh tahunan itu sangat terlihat gagah. Walau usianya tak lagi muda. Saat Delian berjalan ke arah Max, Max ternyata melihat ke arah Delian. "De, kamu sudah datang!" seru Max. "Pas sekali!" seru Max. Kini Delian sudah berdiri di hadapan Max. "Briefingnya setengah jam lagi akan dimulai." "Kamu lebih baik ke kamar hotel dulu, simpan tas mu dan temui aku di ballroom hotel, briefingnya akan dilaksanakan di sana bersama panitia acaranya ," ucap Max. Max memberikan keleluasaan pada Delian untuk menginap di kamar hotel yang Delian inginkan. Delian sangat senang. tapi Max memberikan catatan, kamar hotel yang Delian pilih jangan yang terlalu jauh dari ballroom hotel dan Delian pun mengerti. Delian bergegas untuk ke kamar yang sudah ditentukan. Delian ingin menginap di lantai du El Zein hotel. Kamar itu merupakan kamar VIP. *** Sesampainya di depan kamar hotel VIP itu, Delian tersenyum. "Ah aku tak menyangka bisa merasakan menginap di kamar VIP hotel ini. Setidaknya ini adalah ganti aku tak bisa ikut liburan bersama keluargaku," ucap Delian sambil tersenyum. Delian masuk ke dalam kamar itu menggunakan kartu yang telah diberikan oleh resepsionis yang tak lain adalah rekan kerjanya yang bernama Raline. Saat masuk ke dalam kamar VIP itu, Delian tersenyum sangat senang. Delian melihat ke sekeliling kamar hotel itu yang begitu luas yang segala hal yang ada di sana adalah barang mewah. "Wih, pantesan harga sewa kamar hotel ini semalamnya mencapai jutaan," ucap Delian. Saat Delian masih menikmati kamar hotelnya, ponsel yang ada di tas nya berdering. Delian langsung mengambil ponselnya dan ternyata yang memanggil Delian adalah Max. *Panggilan di telepon. "Delian,cepatlah ke ballroom hotel" "Tuan Kenan sudah ada di sini!" seru Max dari seberang telepon. "Baik tuan, saya kesana sekarang,"jawab Delian cepat. Delian menyimpan tasnya. Ia hanya mengambil ponsel dan ia masukan ke dalam saku celananya. Setelah itu Delian keluar dari kamar dan mengunci kamar itu. Delian berjalan ke arah lift dengan langkah cepat. "Jangan sampai aku terlambat." "Aku bisa kena omel bos galak kalau aku terlambat menghadapnya," gumam Delian. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN