DELIAN DIPANGGIL KENAN EL ZEIN

1044 Kata
“Bu, kita akan segera punya menantu yang kaya. Perusahaan ayah akan sangat terbantu jika Fransisca menikah dengan Kenan El Zein," ujar Henry pada Alana. Alana pun menganggukan kepalanya. *** Malam harinya, untuk pertama kali. Delian merasakan kehangatan keluarga Henry Hermawan. Delian melihat bagaimana Fransisca bisa tersenyum dan tertawa lepas dan Fannan juga kini telah akrab dengan dirinya dan Fransisca. Meski aku bingung apa yang menyebabkan ayah Henry dan ibu Alana baik, tapi aku sangat senang. Aku bisa melihat kak Fransisca senyum dan tertawa sebebas sekarang ini, batin Delian. Bagi Delian, Fransisca lebih penting daripada kebahagiaannya. Fransisca yang selalu membuat ia senang dan dilimpahi kasih sayang darinya sejak kecil membuat Delian selalu ingin kakak angkatnya itu selalu merasa bahagia. Bagiku. bahagia kakak adalah bahagiaku juga, batin Delian. Sementara itu Henry dan Alana juga merasa hari mereka kini lebih tenang, Bisa melihat Fransisca dan Delian bisa dekat dengan Fannan. Setelah selesai makan malam selesai. "Oh iya sayang, apa akhir pekan ini kamu masih di rumah?” taya Henry pada Fransisca yang tahu anak sulungnya itu selalu sibuk ke luar kota. “Iya ayah. kenapa?” tanya Fransisca. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita liburan?” tanya Henry. “Setuju!” seru Fransisca, Fannan dan Delian serempak. “Oke kita semua liburan weekend ini ya!" seru Henry. Semuanya pun mengangguk. *** Keluarga Henry semakin hangat, hubungan ayah, ibu, anak kandung dan anak angkat semakin dekat. Mereka semakin bahagia. Hari ini jumat. Delian berangkat ke hotel seperti biasa. Seperti biasa Delian naik taksi, Delian tak memiliki mobil seperti Fransisca dan Fannan. Delian pernah akan dibelikan mobil oleh Fransisca, tapi ia menolak. Bagi Delian menggunakan transportasi umum lebih mudah. Dan sampai sekarang Delian tak bisa mengendarai motor apalagi mobil. Hari ini Delian sangat bersemangat, karena besok akan pergi berlibur bersama keluarganya. Liburan pertamanya. *** Sesampainya di El Zein hotel, Delian langsung disambut oleh Max di depan pintu hotel. "Delian, mari ikut saya," ajak Max. "Baik tuan," jawab Delian. Ada apa ya? batin Delian sambil berjalan mengikuti Max, wakil General Manager hotel itu. Max masuk ke dalam ruangannya dan Delian pun ikut masuk. “Silahkan duduk Delian,” ucap Max ramah. Delian mengangguk, lalu ia duduk di hadapan Max. "Delian, hotel kita mendapatkan kehormatan untuk menjadi tempat pertemuan para pengusaha esok hari dan lusa,” ucap Max. "Dan kamu harus tetap bekerja untuk esok hari dan lusa,” pinta Max. "Tapi kan tuan, kemarin saya sudah mengajukan cuti saya untuk minggu dan besok adalah hari free saya,” jawab dengan berani. Sebelumnya Delian hanya menerima semua perintah dari Max. Tapi tidak untuk kali ini. Delian merasa akan sangat dirugikan karena tak bisa ikut berlibur dengan keluarganya. “Tapi Delian, peran kamu itu sangat penting sekali, hotel akan memfasilitasi kamu dengan sangat baik. masalahnya banyak pengusaha dari luar negeri terutama jepang, dan hanya kamu yang bisa menghendelnya.” "Hotel kita selalu mendapatkan pujian dari tamu luar negeri berkat kepiawaian dalam berbahasa asing," ujar Max. "Saya sangat senang mendengarnya tuan, tapi saya sudah punya acara yang sangat penting,” ujar Delian kukuh. “Oke, sebentar.” “Saya akan menghubungi tuan Kenan dulu ya Delian,” ucap Max. Delian pun mengangguk. Ah semoga saja aku tetap bisa cuti. aku sudah membayangkan hal yang indah akan terjadi saat liburan nanti, batin Delian. Tak lama kemudian. "Delian, kamu dipanggil ke ruangan tuan Kenan," ucap Max sesaat ia menyimpan gagang telepon. "Apa?" tanya Delian sambil melebarkan matanya. "Kamu bujuk saja tuan Kenan agar mengizinkan kamu tetap bisa libur esok dan lusa, kalau bisa.” “Barusan saya sudah menjelaskan keluhanmu, tapi tuan Kenan ingin langsung bertemu denganmu,” ujar Max. “Saya ke ruangannya sendiri?” tanya Delian. "Ya, sendiri. Tuan Kenan minta agar kamu sendiri ke ruangannya," ucap Max. “Baik tuan, terima kasih," ucap Delian. Setelah itu Delian bangkit dari duduknya, sedikit menundukan kepalanya pada Max lalu pergi meninggalkan ruang kerja wakil General Manager El Zein hotel itu. Semoga aku baik-baik saja setelah bertemu dengan bos, batin Delian. *** Delian kini sudah ada di depan ruang kerja General Manager, yang tak lain adalah ruang kerja Kenan El Zein. Ah aku tak percaya langsung dipanggil menghadap tuan Kenan, batin Delian. “Aku harus memperjuangkan hak ku, aku mau berlibur dengan keluarga,” gumam Delian. Delian mendekati pintu itu dan ia mengetuk pintu. "Masuk!" seru seseorang dari dalam. Walau Delian hanya pernah mendengar sekali suara Kenan tapi Delian tahu kalau yang memanggilnya itu adalah Kenan, bosnya. Delian perlahan membuka pintu hingga akhirnya ia bisa masuk ke ruang kerja Kenan yang begitu luas dan mewah. Baru kali ini Delian masuk ke ruangan itu dan ia terpesona. Delian menutup pintu ruangan itu kembali dan ia memilih hanya berdiri dekat pintu. Delian menatap ke arah Kanan yang sedang duduk di kursi kerjanya. Lelaki tampan yang memiliki wajah bule dan sorot mata yang tajam sedang fokus pada layar laptopnya. Saat pertama kali bertemu dengan tuan Kenan aku langsung menerima teguran darinya. Kesan pertama yang buruk! Semoga sekarang aku tak kena tegur lagi, batin Delian. “Sampai kapan kamu akan tetap berdiri di sana?” tanya Kenan dengan sinis tanpa melihat ke arah Delian. "Maaf tuan, saya harus kemana?” tanya Delian gugup. "Keluar lagi!” seru Kenan dan ia mulai melihat ke arah Delian. "Keluar lagi?” tanya Delian dengan wajah senang. “Ya ampun, kenapa hotel ini punya pegawai bodoh seperti kamu?” ucap Kenan kasar sambil menatap ke arah Delian. Delian langsung menunduk. Sepertinya bos ini bukan tipe bos ramah, aku harus siap dengan segala kemungkinan yang terjadi, batin Delian menyiapkan hati agar tak kena mental. "Kamu disuruh ke ruangan saya berarti saya ingin berbicara padamu.” "Duduk!” seru Kenan. Delian langsung berjalan mendekat ke arah meja kerja Kenan dengan wajah yang masih melihat ke lantai. Semakin dekat dengan meja Kenan, jantung Delian semakin berdetak lebih kencang. Ini bukan jatuh cinta, ini karena aku takut dimarahi oleh bosku, jerit hati Delian. Kini Delian sudah duduk di hadapan Kenan. “Kata Max kamu keberatan untuk tetap bekerja esok dan lusa, begitu?" tanya Kenan sambil melihat ke arah Delian. Delian mengangguk. "Alasan kamu apa?" tanya Kenan sambil menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya sambil melihat ke arah Delian. Bukannya bos sudah tahu ya? Kenapa bertanya lagi? batin Delian. "Apa kamu tuli?" Tanya Kenan dengan nada tinggi pada Delian. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN