KELUARGA PEMILIK EL ZEIN GROUP

1086 Kata
"Ish kenapa kamu mencubitku?" tanya Delian pada Jane. Tiga detik kemudian. "Kenapa kamu tidak diam seperti yang lainnya?" suara lelaki terdengar dengan sangat jelas di telinga Delian dan Delian sadar pertanyaan itu ditujukan untuknya. Perlahan Delian mengangkat kepalanya. Kini seorang pria tampan dengan wajah berjambang tipis melihat ke arah Depan dengan tatapan mata tajam. Delian menatapnya dalam. Kenan El Zein yang berwajah indo terlihat sangat tampan di matanya. "Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Kenan dengan nada suara tinggi. Semua pegawai hotel yang ada di sana langsung memejamkan mata mereka sekejap saat mendengar suara Kenan, General manager El Zein hotel. Delian langsung menundukan kepalanya. Delian merasa suhu di lobby hotel itu terasa sangat dingin. Mati aku! seru Delian. "Bersikaplah seperti pegawai yang lain, kali ini kamu saya ampuni!” seru Kenan sambil meninggalkan meja resepsionis. Beberapa saat kemudian Delian dan Jane perlahan mengangkat kepalanya, para pegawai hotel pun sudah bubar seiringnya Kenan masuk ke dalam lift dan tak terlihat lagi di lantai satu hotel itu. Jane menghela nafas panjang. "Gila sih De, lu hampir mati tadi,” ucap Jane pelan. Delian langsung melihat ke arah Jane. "Mati dalam arti yang sebenarnya? apa General manager kita sesadis itu?” tanya Delian panik. "Ya enggak lah De!” "Maksudku itu, kamu hampir dipecat. untungnya tuan Kenan sedang berbaik hati,” ujar Jane. “Ya ampun, sepertinya aku tak boleh melakukan kesalahan lagi Jane,” ucap Delian. "Ya memang seharusnya begitu.” "Aku harus berhati-hati dengan bos galak itu,” gumam Delian. "Sudah-sudah. Kita bekerja dulu, sepertinya ada tamu hotel orang jepang. kamu yang bicara,” ujar jane. "Siap!” jawab Delian. Delian dan Jane pun mulai menampilkan wajah ramah mereka di meja resepsionis hotel El Zein itu. *** Sementara itu di ruang kerja Kenan El Zein. Kenan sudah duduk di kursi kerjanya dan Max, duduk di depannya. "Max, siapa pegawai yang tadi aku tegur?” tanya Kenan. "Resepsionis?” tanya Max. "Ya.” "Siapa lagi,” ujar Kenan dingin. "Dia adalah Delian tuan,” jawab Max. “Bilang padanya jangan banyak tingkah dan bersikap hormat padaku.” “Aku tak menyukainya,” ucap Kenan kemudian. "Baik tuan, akan saya sampaikan,” jawab Max. Setelah itu Max melaporkan keadaan hotel selama enam bulan terakhir pada Kenan. *** Sementara itu di Kediaman El Zein. Carissa El Zein sedang merawat bunga-bunga lili kesayangannya di temani nenek Kirania Zein. Carissa masih seperti dulu, berpenampilan sederhana dengan kaca minusnya, setelah menikah dengan Bara, mantan kekasih Delian sejak beberapa yang lalu Carissa tak merubah penampilannya sama sekali. Bara mendapatkan jabatan sebagai manager restoran hotel El Zain 2, cabang dari hotel milik El Zein Group. Kirania Zein adalah pemilik El Zein Group, memiliki dua hotel bintang lima dan satu kapal pesiar mewah. Salah satu hotelnya di pimpin oleh kenan, sementara hotel El Zein 2 masih dipimpin oleh Kirainia sendiri, dengan wakil General Manager yang merupakan tangan kanannya sejak dulu. Kirania adalah nenek dengan dua orang cucu, anak tunggalnya dan menantunya meninggal setelah mengalami kecelakan pesawat saat Kenan dan Carissa masih kecil. Kirania sangat perhatian pada Carissa. “Sayang, bagaimana hubunganmu dengan suamimu, Bara?” tanya Nenek Kirania yang duduk di kursi tak jauh dari Carissa cucunya, adik dari Kenan El Zein. "Baik oma,” jawab Carissa sambil melihat ke arah Kirania sambil tersenyum. “Ah syukurlah, oma sangat senang mendengarnya,” ujar Kirania. Sebenarnya Kirania kurang setuju jika Carissa menikah dengan Bara, karena beberapa alasan. Tapi Carissa yang bersikukuh ingin menikah dengan Bara, akhirnya Kirania pun menyetujuinya. *** Sore harinya di hotel El Zein. Meja resepsionis, jam kerja Delian telah habis, ia pun berpamitan pada Jane. "Jane aku pulang duluan ya,” ucap Delian. "Oke,” jawab jane sambil mengacungkan jempolnya. "Doakan ya, semoga hari ini gak ada tamu orang asing, aku suka gugup, apalagi jika bulenya tampan tingkat dewa,” ujar Jane. "Makanya itu mata sekolahin biar kalau lihat cowok cakep tetap bisa fokus,” bisik Delian. Jane memanyunkan bibirnya saat mendengar penuturan Delian. Tak lama kemudian, resepsionis pengganti Delian telah tiba. Delian pun meninggalkan meja resepsionis itu. *** Delian pulang menggunakan taksi menuju rumahnya. Hari ini Delian sangat bersemangat pulang, karena Fransisca akan pulang. Kata ka Fransisca ka Fransica akan pulang malam ini. Aku akan memasakan makanan spesial untuk kakak, batin Delian. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit lamanya, akhirnya mobil taksi yang ditumpangi Delian telah sampai di depan gerbang rumah mewah Henry. Delian langsung masuk ke dalam gerbang dan saat akan masuk ke dalam ruma, ia melirik ke arah garasi mobil, ternyata mobil Henry dan mobil Fannan tak ada di sana. Delian hanya bisa menghela nafasnya panjang. karena ia tahu Henry, Alana dan Fannan tak ada di rumah. *** Setibanya di kamar, Delian langsung melihat pigura poto cukup besar yang menampilkan wajahnya dan Fransisca sedang berada di tepi pantai lima tahun yang lalu, saat Delian baru lulus SMA dan Fransisca mengajaknya ke pantai berdua. Fransisca sangat menyayangi Delian dan Delian merasakan kasih sayang itu. “Kita akan segera bertemu kak,” ujar Delian. Delian masuk ke kamar mandi setelah meletakan tas jinjingnya di atas meja. *** Malam harinya Delian memasak di dapur, ia tengah sibuk menyiapkan makan malam untuk kakaknya Fransisca. Delian sedang memasak salad ayam kesukaan Fransisca. hanya ada Delian di dapur. Sebenarnya ada empat orang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Henry, tapi Delian meminta mereka untuk istirahat lebih awal. Setelah berkutat satu jam lamanya, akhirnya salad ayam buatan Delian puin telah matang. Delian menyajikannya dengan sangat mewah di meja makan. Delian kembali ke dapur dan ia melihat jam menunjukkan jam delapan malam. "Lebih baik aku cuci alat masak dulu sambil menunggu kakak pulang,” gumam Delian. Delian tahu kalau dirinya di sana hanyalah anak angkat dan ia berusaha mandiri, tak ingin menyusahkan orang tua dan pegawai yang ada di sana. Setelah selesai, Delian kembali ke ruang makan. Ia duduk di meja makan, menunggu kedatangan kakaknya. Delian melirik ke arah jam dinding di ruang makan dan jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan. “Sepertinya kakak terjebak macet,” pikir Delian. Karena merasa sangat lelah karena bekerja seharian di hotel, Delian yang biasa tidur jam delapan malam itu ketiduran di meja makan. *** Saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, mobil Fransisca memasuki gerbang kediaman Henry dan Fransisca hanya bisa tersenyum saat melihat garasi mobil kosong. yang artinya ayah, ibu dan adiuknya tak ada di rumah. “Mereka selalu begitu,” ujar Fransisca. “Ayah merasa cukup hanya dengan membebaskan aku dalam berkarir,” ucapnya sedih. Franisisca langsung keluar dari mobilnya setelah ia ingat pada adik kesayangannya. "Delian!" []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN