Mengenang Masa Lalu

1729 Kata
Arman tampak masih tertidur lelap dalam tidurnya. Dan semalam merupakan tidur paling nyenyak yang ia rasakan setelah beberapa hari ia hanya tidur hanya 4-5 jam dalam sehari untuk bisa membangun bisnisnya. Untuk menjadi seorang yang sukses seperti ini tentu saja tak mudah bagi Arman. Apalagi ketika ia membangun bisnis ekspornya yang pastinya sangat besar dan yang ia geluti saat ini. Bahkan saat ini ia sedang menyiapkan bisnis digital tanah sedang ia uji coba dan memang hasilnya yang belum maksimal. Banyak hal dan tantangan yang harus ia kerjakan untuk sampai di titik ini. Jadi tak khayal jika dirinya hanya tidur beberapa jam saja karena sebagai seorang pemimpin banyak hal yang harus di kerjakan. Tapi untuk beberapa hari kedepan ia sedikit melepas beban di pundaknya dan tak ingin membahas soal pekerjaan. Bahkan ia sudah memberitahukan kepada sekretarisnya serta beberapa tim inti yang sering membantunya untuk tidak mengganggunya dalam tiga hari kedepan karena Arman ingin menikmati waktu liburnya. Dan tempat yang ia pilih untuk berlibur adalah panti asuhan dimana ia dulunya pernah tinggal disini. Menurutnya tempat ini adalah tempat yang tepat untuk dirinya bisa menenangkan diri dan juga pastinya mengenang masa lalu. Sinar matahari masuk ke celah-celah jendela yang ada disana sehingga mengganggu tidur Arman yang sangat lelap. Ia pun mulai menggeliatkan tubuhnya karena merasa saatnya bangun. Perlahan ia pun membuka matanya dan ketika ia membuka matanya ia mencoba memulihkan kesadarannya. Setelah kesadarannya pulih ia pun perlahan duduk di ranjang yang bisa dibilang sangat biasa aja. Sangat berbeda jauh dengan kasur miliknya yang sangat lembut dan empuk. Tapi kasur disini tak seempuk kasur di apartemennya tapi bisa membuatnya tidur sangat lelap. Arman pun melihat jam yang ada di ponselnya dan ternyata jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi ternyata ia benar-benar sudah sangat kesiangan. Padahal biasanya jam tujuh pagi ia sudah berada di kantor dan mulai bekerja. Tapi hari ini adalah hari special karena Arman tak memikirkan apapun soal pekerjaan. Setelah kesadarannya benar-benar pulih akhirnya Arman bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi yang ada di samping kamar yang ia tempati. Ia mencuci mukanya sebelum nantinya bertemu dengan ibu Sarita. Tak membutuhkan waktu yang lama bagi Arman untuk bisa membersihkan dirinya dan sekarang ia sudah terlihat jauh lebih segar. Ia pun berjalan untuk mencari keberadaan Bu Sarita. Biasanya jam segini Bu Sarita ada dapur jadi Arman pun melangkahkan kakinya menuju kearah dapur. Dan benar saja ketika di dapur ia melihat Bu Sarita Sepertinya sedang membereskan makanan adik-adik panti yang tadi selesai sarapan. "Pagi Bu," sapa Arman kepada Bu Sarita. Bu Sarita pun langsung menjawab sapaan dari Arman. "Pagi Arman. Gimana tidur kamu nyenyak?" tanya Bu Sarita sambil tersenyum kearah Arman. "Nyenyak banget Bu. Bahkan ini tidur paling nyenyak yang pernah aku rasakan sampai-sampai aku bangun kesiangan kayak gini. Maaf ya Bu tadi gak bantu ibu buat menyiapkan sarapan buat adik-adik di panti ini," jawab Arman merasa tak nyaman. "Gak apa-apa. Ibu mengerti kalau kamu pasti sangat lelah karena bekerja sangat keras kan? Jadi selama kamu ada disini kamu bisa menikmati hari-hari tenang kamu. Kalau soal anak-anak panti disini masih ada anak yang lebih besar yang bisa membantu ibu menyiapkan makan pagi. Lagipula ada Siti dan mang Asep yang bantu-bantu disini. Jadi kamu gak usah berpikiran gak enak. Lagipula kalau bukan berkat bantuan kamu mungkin panti asuhan ini sudah dari lama tutup. Tapi berkat semua biaya yang kamu tanggung membuat panti asuhan ini masih bisa berdiri. Bahkan kita bisa memberikan kehidupan yang layak untuk mereka juga," kata Bu Sarita yang selalu saja bisa membuat teduh. "Itu bukan berkat Arman juga Bu. Ini semua berkat ibu karena gara-gara ibu Arman bisa menjadi seperti ini. Ibu satu-satunya orang yang peduli dengan Arman bahkan orang tua kandung Arman saja menginginkan Arman sehingga Arman dibuang disini. Tapi Arman gak mau mengingat masa-masa lalu yang kelam. Bagi Arman ibu dan adik-adik yang ada disini adalah keluarga Arman. Jadi sudah sepantasnya sebagai keluarga harus saling g membantu. Jadi ibu gak usah sungkan jika ibu minta bantuan Arman karena armna dengan senang hati akan membantu ibu dan adik-adik disini," jawab Arman jujur. Sarita benar-benar beruntung memiliki Arman yang selalu bisa ia andalkan untuk bisa membuat panti asuhan ini berdiri. Ia bangga ternyata sekarang Arman sudah menjadi seorang yang sukses sehingga ia senang melihat kesuksesan yang diraih oleh Arman. Walaupun ia juga tahu bagaimana perjuangannya tapi tetap saja ia merasa bangga. "Ya udah kamu sarapan dulu. Di meja makan ada nasi goreng sama telur mata sapi. Kamu mau minum apa biar ibu buatan?" tanya ibu Sarita dengan lembut. "Teh manis hangat aja Bu. Makasih Bu. Kalau gitu aku makan dulu," jawab Arman yang sudah berjalan menuju meja makan. Dan benar saja di meja makan sudah terhidang telur mata sapi dan juga nasi goreng. Akhirnya Arman pun memakan nasi goreng buatan ibu Sarita yang selalu saja nikmat. Arman benar-benar menikmati waktu liburnya di panti asuhan ini. Dan tentu saja hal itu tak luput dari penglihatan Sarita. "Ini teh hangat manisnya. Ibu lihat-lihat kamu kelihatan senang banget ada apa?" tanya Sarita yang duduk di hadapan Arman. Arman pun meminum teh yang dibuatkan oleh Sarita sebelum akhirnya ia bercerita kenapa ia bisa terlihat senang. "Aku senang karena bisa kembali merasakan masakan ibu yang enak. Selain itu aku bisa menikmati waktu senggang aku tanpa diganggu dengan pekerjaan. Benar-benar membuat aku merasa nyaman bu. Andai aku bisa lebih lama disini tapi sayangnya ada pekerjaan yang harus dikerjakan juga. Tapi selama aku ada disini aku bakal bersenang-senang bersama adik-adik panti. Karena sudah lama juga aku gak bermain bersama mereka," jawab Arman yang terlihat sangat senang. Sarita juga ikut senang melihat ekspresi bahagia dari salah satu anak didiknya. "Kalau begitu kamu nikmati saja waktu disini. Kamu bisa melupakan semua masalah pekerjaan untuk sementara dan bermain dengan adik-adik," kata Bu Sarita memasang ekspresi yang senang. "Iya ibu pasti aku akan menikmati waktu selama disini," jawab Arman dengan ekspresi yang senang. Sarita pun menemani Arman makan pagi sambil bercerita tentang banyak hal. Sementara itu di sebuah apartemen yang cukup berantakan tampak seorang wanita yang hanya memakai kaos oversize tanpa memakai apapun di balik kaos itu sehingga membuatnya terlihat seksi. Tapi memang wanita itu selalu tak memakai apapun di balik piyama ataupun kaos oversize yang ia pakai ketika ia tidur. Entah jam berapa semalam ia pulang ke rumah yang pasti sudah larut malam sehingga membuatnya sangat mengantuk dan malas untuk bangun. Tapi sebuah panggilan telepon membuat tidurnya yang nyenyak terganggu. Tanpa melihat siapa yang meneleponnya akhirnya wanita itu pun langsung mengangkat telepon itu. "Halo," jawab wanita itu dengan suara yang parau. "Isabella jangan bilang kamu belum bangun. Bella bangun siang ini kita ada pekerjaan bersama-sama sebagai pelayan di sebuah restoran mewah. Ya ampun Bella cepat bangun," teriak seorang laki-laki di seberang telepon. Wanita bernama Bella itu langsung membuka matanya dengan sangat lebar ketika tahu jika dia melupakan sesuatu. "Sorry Timmy aku kesiangan. Jam berapa restorannya buka?" tanya Bella yang langsung bangkit dari ranjangnya. "Restorannya akan buka sore hari tapi kita sudah harus berada di restoran dari pukul 12. Dan sekarang sudah jam 11 sedangkan kamu masih belum apa-apa. Aku gak mau tahu dalam setengah jam kamu harus sampai disini. Kalau kamu gak mau keluar dari apartemen kamu gara-gara gak bisa membayar sewanya," jawab Timotty atau biasa Bella panggilan Timmy itu. Ingin rasanya Bella mengumpat ketika mengingat hal itu. Ia harus mendapatkan pekerjaan ini jika ia ingin mendapatkan uang untuk membayar sewa apartemennya. "Ok aku akan sampai sana dalam setengah jam lagi. Bye Timmy. Love you," kata Bella langsung menutup teleponnya. Setelah menemui telepon dari Timmy Bella pun langsung ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap. Ia tak boleh memakan waktu yang lama karena bisa-bisa ia akan terlambat. Setelah dirasa siap ia pun segera berangkat dari apartemen miliknya menuju restoran dimana ia akan bekerja. Sepertinya ia harus lari untuk bisa sampai sana. "Semoga saja aku gak telat," kata Bella yang sudah bersiap untuk berlari. Di tempat lain Arman baru saja selesai mandi setelah tadi ia sempat jogging sebentar. Walaupun berlibur ia harus berolahraga. Dan saat ini Arman sudah terlihat sangat tampan dengan celana pendek dan juga kaos yang nyaman untuk dipakai. Setelah ini ia akan mengantar ibu Sarita belanja bulanan karena memang beberapa bahan makanan dan juga kebutuhan panti sudah habis. Berhubung dia ada disini maka ia akan mencoba mengantar Bu Sarita menuju sebuah toserba yang tak jauh dari panti ini. "Bu kita berangkat sekarang?" tanya Arman ketika sudah berada di dekat Bu Sarita. "Sebentar Arman. Ibu masih menunggu catatan dari Siti barang-barang apa aja yang habis," jawab Bu Sarita yang memang sedang memeriksa stok. "Kalau gitu aku tunggu di luar ya Bu. Sekalian mau panasin mobil dulu," kata Arman yang sudah jalan kedepan. Bu Sarita pun hanya menganggukkan kepalanya. Sedangkan Arman sendiri memilih ke depan untuk memanaskan mobilnya karena mereka akan pergi untuk belanja bulanan. Ketika Arman keluar dari rumah ia bisa melihat bagaimana indahnya pemandangan yang begitu indahnya. Udaranya yang sejuk membuat siapapun akan betah tinggal di daerah ini. Dan tentu saja Arman salah satunya. "Pagi Nak Arman," sapa mang Asep yang bekerja disini. "Pagi mang Asep. Gimana kabarnya mang? Kemarin aku dengar dari ibu kalau mang Asep jatuh ketika naik sepeda dan kakinya keseleo. Apa sekarang baik-baik aja?" tanya Arman penuh perhatian. "Udah baik-baik aja kok nak Arman. Mang Asep cuma kurang hati-hati saja. Tapi sekarang sudah jauh lebih baik," jawab mang Asep ramah. "Syukurlah kalau keadaan mang Asep baik-baik aja. Soalnya aku sering khawatir kalau gak ada laki-laki dewasa di panti asuhan ini. Kalau ada apa-apa pasti Bu Sarita gak bisa. Maka dari itu sejak ada mang Asep aku bisa sedikit lega karena setidaknya ada yang bisa menjaga ibu Sarita dan adik-adik disini," kata Arman lega. "Seharusnya saya yang bilang terima kasih karena berkat nak Arman mang Asep jadi punya penghasilan dan bisa membiayai anak istri mang Asep. Apalagi nak Arman selalu kasih uang lebih buat mang Asep. Mang Asep benar-benar sangat berterima kasih." Mang Asep pun menunjukan rasa terima kasihnya. "Udah mang gak usah dibahas soal itu. Yang paling penting saya berpesan selama saya tidak ada disini saya ingin mang Asep menjaga panti asuhan ini. Karena bagi saya panti asuhan ini bukan hanya sebagai panti saja tapi juga rumah bagi saya untuk pulang. Apalagi ibu Sarita dan juga anak-anak di panti adalah keluarga saya juga. Jadi saya menitipkan mereka kepada mang Asep ketika saya tidak ada disini," pinta Arman. "Pasti nak Arman,"jawab mang Asep dengan semangat. Arman pun tersenyum dengan senangnya. Ia benar-benar sangat senang berada disini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN