Setibanya di mansion, suasana masih terasa tegang namun mulai sedikit tenang. Zeff berjalan lebih dulu, membuka pintu besar dengan gerakan santai, sementara Kaia mengikuti di belakangnya. Langkah mereka bergema di sepanjang lorong luas dengan lantai marmer yang dingin. Tanpa banyak kata, mereka menuju kamar masing-masing. Namun, sesampainya di depan pintu kamar Kaia, Zeff berhenti dan menoleh. "Kaia," panggilnya pelan. Kaia menoleh, sedikit terkejut. "Ya?" "Aku belum terlalu mengantuk. Mau nonton sesuatu di ruangan theatre?" tawarnya. Kaia terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran itu. Meskipun dia merasa lelah setelah makan malam yang penuh emosi, dia juga tahu bahwa menolak akan membuat ketegangan lagi di antara mereka. Akhirnya, dia mengangguk. "Baiklah," jawabnya s