Kaia membuka matanya perlahan, membiarkan cahaya matahari yang menerobos dari sela-sela tirai menghangatkan kulitnya. Di sebelahnya, Zeff masih terlelap, wajahnya yang tenang dan napasnya yang teratur membuat Kaia tersenyum tanpa sadar. Seolah-olah waktu telah berhenti di kamar itu, menciptakan dunia kecil yang hanya milik mereka berdua. Tiga hari penuh, Kaia dan Zeff menghabiskan waktu mereka di kamar ini. Semuanya dimulai dari momen sederhana ketika Zeff memutuskan untuk tidak membiarkan Kaia keluar kamar setelah malam kedua mereka yang penuh gairah. “Kita butuh waktu untuk berdua,” kata Zeff dengan nada tegas tapi penuh keinginan terpendam, membuat Kaia tak punya alasan untuk membantah. Kamar itu menjadi pusat dunia mereka. Makanan dikirim langsung ke pintu, dan Zeff memastikan