Vhena menatap Daniel dengan tatapan kesal, pasalnya Daniel mempersiapkan pesta pernikahan begitu besar baginya. Entah sudah memakan biaya berapa puluh ribu dollar atau bahkan ratusan ribu dollar hanya untuk pernikahan mereka.
"Kita bisa menikah dengan pesta sederhana, Daniel."
"Aku sudah melakukannya, pesta yang begitu sederhana untukku. Aku bahkan tidak memberikan berlian termahal untukmu, karena kau melarangnya dan memilih untuk menyimpan uangku. Jadi biarkan seperti ini, aku memiliki teman yang kaya raya dan memiliki banyak puluhan perusahaan. Aku tidak ingin kau dipandang remeh oleh mereka, jadi tolong mengerti aku."
Vhena terdiam, pernikahannya adalah besok dan sekarang mereka tengah bersiap-siap untuk istirahat. Wanita itu mengeluh dalam hati, dengan uang sebanyak itu ia bisa membiayai adiknya untuk berkuliah di universitas ternama dalam bidang kedokteran. Vhena bukan wanita yang naif, hanya karena ia tidak ingin memakai uang calon suaminya untuk membiayai kuliah adiknya.
"Baiklah, maafkan aku. Aku tidak berpikir sejauh itu, aku benar-benar minta maaf," jawab Vhena pada akhirnya.
Vhena melihat Daniel yang menarik tangannya untuk duduk berhadapan, ia tahu jika ia tetap beridiri amarahnya tidak akan segera menghilang. Wanita itu melihat Daniel tersenyum yang menambah ketampanan pria di hadapannya. Memang Daniel adalah pria yang tampan, tetapi bagi wanita itu ketampanan bukanlah segalanya.
"Tenanglah, uangku tidak akan habis hanya untuk membuat pesta pernikahan sebesar itu."
Vhena mengangguk sambil mengehembuskan napasnya lega, ia kembali menatap iris berwarna ebony milik Daniel.
"Setelah menikah kau harus berhemat, Tuan Romero."
"Baiklah, Nyonya Romero. Aku akan berhemat semampuku,"
"Aku serius, Daniel."
"Aku juga, Nyonya Romero. Sekarang kau istirahat, karena esok hari kau butuh stamina lebih meladeni tamu undangan."
Vhena hanya mendengkus lalu memasuki kamarnya, menghiraukan siulan Daniel yang memandang tubuhnya. Wanita itu menutup pintu dan merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar bukanlah kebiasaannya. Tetapi, kali ini ia begitu suka menatap langit kamarnya yang sudah sedikit di perbaharui oleh Daniel dengan tempelan langit malam penuh bintang di langit-langit kamar. Begitu indah dan menenangkan hati, hingga akhirnya ia jatuh terlelap setelah menghitung garis-garis bintang yang terhubung membentuk beberapa zodiak.
Fajar segera menyingsing, Vhena sudah bersiap dengan pakaian pengantin yang diberikan Daniel. Sayangnya gaun pengantin yang ia dambakan telah rusak saat pengiriman, akhirnya Daniel memberikan gaun pengganti yang terlihat begitu indah di mata Vhena.
Gaun tanpa lengan itu terlihat sangat indah dengan pernak perning yang menghiasi hingga ke bawah gaun. Vhena menyukainya, tetapi ia sedikit kecewa karena tidak dapat memakai gaun pilihannya. Pesta pernikahan mereka berada di sebuah pantai yang sudah di reservasi untuk pernikahan mereka berdua.
Dekorasi yang memukau terlihat jelas dengan kain putih dan biru, di tambah dengan bunga lily yang menjadi maskot pernikahannya. Meja para tamu tertata begitu rapih dan juga altar pemberkatan pernikahan mereka yang begitu indah dan elegan. Vhena tidak dapat berhenti takjub kala melihat kerang-kerang cantik yang menghiasi tempat pernikahannya.
"Kau menyukainya?" Vhena menoleh ke arah sumber suara.
Vhena dapat melihat Virgil yang terlihat kaku saat bertatap muka dengannya, entah apa yang terjadi dengan Kakaknya. Sikap pria itu berubah seketika, tetapi Vhena tidak dapat melupakan perkataan kasar Virgil menyangkut tentang dirinya.
"Apa yang kau maksud?" tanya Vhena sambil mengalihkan pandangannya.
"Dekorasi pernikahanmu," jawab Virgil, Vhena hanya mengangguk sambil menunggu acara di mulai.
"Daniel menanyakan padaku tentang pernikahan seperti apa yang kau idamkan, aku teringat saat kau masih remaja. Jika kau ingin menikah di pantai dan merasakan deburan ombak di kedua kakimu," Vhena menoleh dan menatap iris biru mata Virgil.
"Aku tidak menyangka kau mengingatnya," Virgil tersenyum kecut.
"Aku memang berprilaku buruk padamu, tetapi aku peduli pada setiap perkataanmu," jawaban Virgil membuat Vhena ingin tertawa mengejek.
Kakaknya memang selalu bersikap dingin padanya sejak dulu, tetapi ia tahu jika Virgil selalu mendengarkannya. Tipikal pria yang dingin dan menyebalkan baginya, Vhena tidak habis pikir dengan sikap Virgil sebagai seorang kakak. Terkadang pria itu tidak ingin tahu apa yang di pikirkannya, nyatanya Virgil hanya takut pada kenyataan. Pria yang selalu berjalan di zona aman, mengorbankan adiknya sendiri untuk keluar dari zona aman dan membiarkan Vhena kesulitan sendiri agar Virgil tidak perlu keluar dari zona miliknya.
Tidak ada lagi percakapan di antara mereka berdua, Vhena terlalu lelah untuk berbicara dengan manusia kutub yang berada di sampingnya. Sedangkan Eliza dan Vannesa hanya diam di kursi belakang. Acara segera di mulai, Vhena langsung berjalan memasuki altar pernikahan di dampingi Virgil di sisinya. Jika dilihat kembali, Virgil dan Vhena memiliki rupa yang jauh berbeda. Mereka sedarah, tetapi tidak ada kemiripan di wajah mereka.
Vhena menatap Daniel yang menatap dirinya dengan senyum mengembang, wajah wanita itu sedikit memerah karena menahan malu. Upacara pernikahan segera di mulai dan di akhiri dengan Daniel yang mencium bibir Vhena. Senyuman Vhena tidak memudar sama sekali, matanya beralih ke orangtua Daniel yang tersenyum menatapnya.
"Maaf, aku bahkan belum menemui kalian sebelum pernikahan berlangsung." Ujar Vhena sambil sedikit menunduk meminta maaf seperti orang Asia pada umumnya.
"Tidak masalah, anakku memang pria yang sangat terburu-buru. Aku sudah mendengar banyak tentnag dirimu dari Daniel, meski yang aku dengar tidak terlalu banyak," ujar wanita tua yang masih terlihat cantik.
"Namaku Savana Romero dan suamiku adalah Rozect Gill Romero, kita bahkan baru berkenalan di pesta hari pernikahanmu," lanjut wanita itu dan Vhena mengangguk menyayangkan.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Rozect kepada Vhena, wanita itu mengangguk.
"Apa yang dijanjikan putraku padamu?" pertanyaan yang benar-benar menusuk relung hati Vhena.
Vhena merasa pria tua di hadapannya tengah bertanya 'Apa yang kau inginkan dari putraku?', tidak masalah untuknya mendengar pertanyaan itu. Karena Mereka juga baru beberapa hari yang lalu bertemu dan memutuskan untuk menikah.
"Hanya sebuah rumah tangga yang diawali tanpa cinta, rasa sayang atau lebih dari itu. Ia berjanji untuk tidak memasuki kehidupan pribadiku lebih jauh meski telah menikah, aku mencoba menolaknya dengan alasan lain. Namun, penolakanku di patahkan dengan perkatannya yang akan mendukung cita-citaku," jawab Vhena, ia dapat melihat raut wajah ayah Daniel yang tersenyum lembut ke arahnya.
"Kau memiliki cita-cita?" tanyanya lagi, Vhena mengangguk dengan senyum tercetak jelas di wajahnya.
"Apa cita-citamu?" tanya Savana yang terlihat ingin tahu.
"Menjadi wanita kaya raya," jawaban Vhena membuat raut wajah Rozect menatap tajam dengan rahang yang mengeras. "dengan usahaku sendiri." lanjut Vhena.
"Untuk apa kau menjadi wanita kaya raya? Apa kau ingin membeli banyak hal yang tidak bisa kau beli saat ini?" cecar Savana yang mulai menatap Vhena curiga.
"Untuk membiayai sekolah adikku," jawaban naif Vhena membuat Rozect dan Savana ingin tertawa. "karena itu adalah satu-satunya hal yang bisa aku lakukan agar mendiang ayahku tenang di alam sana." lanjut Vhena sambil tersenyum kecut mengingat Dragnile ingin sekali adiknya menjadi seorang dokter.
"Jadilah seorang dokter agar kau bisa menyembuhkan diriku."
Vhena mengingat perkataan Dragnile saat bersama dengan Vannesa, adiknya terlihat antusias dan ingin menjadi dokter untuk menyembuhkan penyakit ayahnya. Tetapi, takdir berkata lain. Tuhan lebih dulu menyembuhkan Ayahnya hingga tidak akan meraskaan sakit untuk selamanya.
Rozect dan Savana seperti menyentuh barang yang akan pecah, melihat Vhena yang terdiam sambil menunduk membuat mereka berdua merasa bersalah.
"Aku tahu itu terlihat naif, aku hanya ingin hidup berkecukupan dan tidak kekurangan sampai aku mati. Setelah kematian ayahku, aku berpikir ... memiliki harta berlebih tidak akan kau bawa ke peti mati. Pada akhirnya kau hanya akan membawa pakaian yang kau kenakan," sambung Vhena.
Rozect dan Savana terdiam, mereka berdua tersentuh mendengar perkataan Vhena yang sangat benar tanpa ada kesalahan. Vhena segera berpamitan untuk menyapa tamu lain, ia melihat teman di tempat kerjanya datang dan menyapanya. mereka terlihat tertawa bersama dengan Vhena yang kembali terbayang akan dirinya yang belum ke makam Dragnile untuk meminta restu.
Vhena melihat Daniel yang mendekatinya dan menjanjikannya untuk pergi ke makam setelah pesta berakhir. Wanita itu tersenyum dan kembali menyapa teman-temannya, namun tidak lama senyumnya memudar kala seorang pria datang menghampirinya.
"Selamat untuk pernikahanmu, Vhenathy Romero." Ujar Pria tampan dengan rambut panjang sebahu.
"Apa yang kau lakukan di sini, Marcus?!"
***