"Alhamdulillah." Makan-makan di setelah akad pun telah dilaksana. Waktu terus berlalu sampai matahari rasanya bersinar di atas kepala, sekitar pukul dua belas siang orang-orang pun mulai berpamitan, tinggal sisa serumpun keluarga saja. Di tempatnya, Alam masih nggak percaya, ketika mata tak sengaja berpapasan dengan Rana, yang dia tatap itu ternyata sudah sah menjadi istrinya. Oh, Alam berbunga-bunga. Tapi jika ini adalah mimpi, maka Alam nggak mau terjaga. Tolong jangan ada satu pun orang yang membangunkan dia. Ah, indah sekali. Mimpi tak semanis ini, karena kejadian tadi rasanya begitu nyata dan Alam terlena. Dia telah bunyikan ijab kabulnya. "Jadi ... bagaimana, Nak Alam?" Terkesiap, Alam berdeham. Saking takjubnya dia dengan kenyataan, Alam sampai tidak fokus bahwa kenyataan lain