"Jadi, gimana? Mau pindah aja kamarnya? Tukeran sama ruang kerja Papi?" Begitu solusi lain dari Alam untuk anaknya, Awan yang tiba-tiba ngajak bicara empat mata. Tahu-tahu ngobrolin tempat tinggal, perihal istri yang katanya pengin ngekos saja. Tak melarang. Itu terserah Awan. Namun, Alam mengingatkan dengan tanya, sudahkah Awan memiliki mata pencaharian? Sanggupkah nanti membayar biaya sewa kos perbulan? Lalu, bagaimana dengan kebutuhan pangan jikalau Awan tinggal terpisah dengannya? Biar. Alam ingin Awan berpikir ke sana. Biarlah. Alam ingin memupuk rasa tanggung jawab di diri putra sulungnya yang nihil. Efek terlalu dimanja, segala ada dan tersedia, tak pernah hidup susah, terus tiba-tiba menikah muda karena celaka. Bisa dibayangkan seberapa banyak tekanan mental Awan ke depannya?