18. Menawarkan Diri

2101 Kata

Kutahan kekesalanku pada Dokter Arga demi menjalankan janji yang sudah kami sepakati. Malam ini, dia jadi mengajakku berkunjung ke rumah profesornya. Lokasinya tidak terlalu jauh dari hotel, hanya kisaran sepuluh menit naik mobil. Itu sudah termasuk macet. Kalau aku tidak salah mengenali daerah, sepertinya ini masuk dalam daerah Umbulharjo. Sejujurnya aku tidak hafal betul, hanya rasanya tidak asing karena sebelum ini aku memang sudah cukup sering keliling area Kota Yogyakarta. “Ingat, panggilanya ubah sejak kita masuk gerbang rumah ini.” “Iya, Dok— Mas.” Dokter Arga menoleh, aku pun menoleh. “Apa? Saya bener, kan?” “Apa saya bilang salah?” “Mamas Arga …” Dokter Arga bergidik, sementara aku tertawa. Lihatlah! Dia saja geli, sok-sokan mengusulkan ide tentang perubahan panggilan. Ras

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN