“Cieee, yang habis kencan sama Dokter Arga di Jogja.” Salma masih saja menggodaku. Sejak tadi ketemu, dia selalu begini sampai membuatku jengah sendiri. Sebenarnya, aku sudah siap untuk ini. Salma tidak mungkin diam saja. Anak ini mungkin meriang kalau tidak meledekku. Terlebih, dia adalah fans berat Dokter Arga. Andai syarat ikut seminar hanya membuat satu esai, aku yakin dia maju paling depan. “Sebenernya, esensi cie-cie-mu ini biar apa, sih, Ma? Aku salah tingkah? Atau apa? Enggak ngaruh, tahu!” “Ya pengen aja. Galak amat, lu!” “Ya lagian. Dari tadi cie-cie terus. Tuh, ada bakpia sama abon gulung. Makan aja. Tadi temen yang lain udah pada icip. Tinggal kamu aja yang belum.” “Makasih, sayangku, cintaku …” Aku bergidik, sementara Salma tertawa. Dia mengambil satu bakpia yang origina