115. Kabar yang Ditunggu

2308 Kata

Sepulang dari Belanda, aku disibukkan dengan persiapan pendaftaran internship dan t***k bengeknya. Mas Arga juga sedikit banyak membantu, jadi semua berjalan dengan lancar. Aku mengajukan wilayah Jakarta saja. Soal rumah sakit mana, aku pasrah. “Sayang, Mas berangkat dulu, ya!” aku yang tadinya sedang melipat selimut, seketika buru-buru keluar menghampiri Mas Arga. Kini dia benar-benar sudah siap, tinggal berangkat. “Mas beneran enggak bawa bekal, ini?” “Hari ini kemungkinan ada makan siang bersama para dokter senior. Jadi, daripada bekal darimu enggak dimakan, nanti mubadzir. Kamunya juga pasti sedih.” Aku mengangguk paham. “Baiklah. Hati-hati, Mas!” “Iya.” Seperti biasa, aku langsung mendekat dan ‘menyerahkan’ wajahku. Mas Arga pun mulai menciumi seluruhnya. Hal ini sudah kami laku

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN