ENTAH kapan terakhir kali Aksa ke rumah itu, masih tidak banyak berubah layaknya dulu. Dia mulai mengetuk pintu, berharap tunangannya yang akan membukakan pintu untuknya. Namun, bukan dia yang membukakan pintu, melainkan orang lain. Bukan ... dia bukan orang asing. Aksa mengenalnya dengan baik. Dia Vania, kakak kandung dari tunangannya. "Aksa!" panggilnya terkejut. Dia menatap Aksa lebih teliti, memastikan bahwa laki-laki tinggi tegap dengan jas mahal dan kacamatanya ini memang orang yang sama dengan orang yang dulu pernah bertunangan dengan adiknya. Aksa tersenyum tipis. "Aku ingin bertemu Lavy, dia ada, kan?" ujarnya lembut. Aksa bisa melihat kepanikan di wajah perempuan itu. Berulang kali ia menelan ludahnya susah payah, sebelum ia menggelengkan kepala, dengan senyuman miris. "Lav