POV Adi Sejujurnya aku juga enggan sekali bergabung makan malam dengan Anyelir dan Ferdi. Bukan karena Anyelirnya, tapi karena Ferdi. Ya, bagaimana pun aku bisa merasakan jika pria itu masih sangat menginginkan Anyelir. Aku cemburu, meski aku sudah tak berhak lagi. Tetapi aku tak bisa mengingkari perasaan ini. Aku benar-benar masih menginginkan Anyelir untuk menjadi bidadari di istanaku lagi. “Papa, kenapa makanannya nggak dimakan? Nanti mereka nangis loh,” celetuk Reza menyentakku dari lamunan. Aku yang duduk di antara Lathif dan Reza, sejak tadi memang hanya diam. Hanya memandangi jemari Anyelir yang dengan pelan menyendok makanan di atas piring, lantas menyuapkannya ke dalam mulut. Anyelir duduk di samping Ferdi. Mereka terlibat pembicaraan mengenai permainan basket Lathif. Sesekali