Anisa memijat kepalanya. Ia masih berdiri mematung karena menemukan dua kekasihnya yang berkunjung secara bersamaan. Sejenak ia melihat Daniel di bawah— pria itu masih meracau dengan kalimat yang sama. Setelahnya bola matanya mengarah kepada Andrean yang memberikan cengiran. “Tolong angkat dia, baringin ke ranjang.” Pinta Anisa setelah ia menghembuskan nafasnya. Sepertinya tadi ia tidak bermimpi buruk. Mengapa kejadian menyenangkan itu justru terjadi ketika ia membuka mata. Sungguh sangat menyebalkan sekali. Anisa membalikkan tubuhnya. Ia harus merapikan ranjangnya agar bisa digunakan Daniel sampai laki-laki itu terjaga nantinya. Ia masih memiliki nurani untuk tidak mengusir dua laki-laki yang sedang ada dalam pengaruh minuman keras. “Kalian beneran..” “Ndre, bukan waktu yang tepat. Ka