"Lho... lho... lho... kok kita jalan lurus? Mas sudah lupa alamat rumahku ya?" Padma protes saat Tirta terus melaju. Padahal seharusnya ia membelokkan kendaraan ke kanan. "Kita singgah ke rumah makan depan sebentar." Tirta melajukan kanderaan beberapa meter lagi, sebelum parkir di tempat yang sudah disediakan. "Ngapain kita ke sini? Aku tidak lapar, Mas." Padma lagi-lagi protes. "Aku yang lapar. Ayo turun." Tirta mematikan mesin dan keluar dari mobil. Tanpa banyak bicara lagi, Padma mengekori langkah Tirta. Ia sadar. Dirinya ini hanya menumpang. Tidak seharusnya ia banyak protes, walaupun sebenarnya ia sangat lelah. Sedari pagi sibuk pindahan yang dilanjutkan dengan diskusi selama berjam-jam di kantor Tirta. Saat ini yang ia rindukan hanyalah beristirahat di kasurnya. "Kita duduk di