Bab 58 – Sunyi Tapi Perih

830 Kata

Sudah berhari-hari rumah itu seperti tidak berpenghuni, padahal dua orang masih tinggal di dalamnya. Tak ada suara televisi, tak ada tawa kecil, bahkan denting sendok yang beradu dengan gelas pun terdengar begitu keras. Keheningan itu menelan segalanya termasuk sisa-sisa keberanian untuk bicara. Raka duduk di ruang tamu, menatap jendela yang separuh terbuka. Hujan gerimis membasahi dedaunan di halaman, menimbulkan suara rintik yang ritmis. Di sisi lain rumah, Sinta sedang menyetrika baju sambil sesekali menatap jam di dinding. Tidak ada alasan kuat mengapa ia melakukan itu malam-malam begini. Mungkin hanya ingin terlihat sibuk, agar pikirannya tidak melayang ke arah yang sama ke arah Raka. Mereka masih serumah, tapi tak lagi benar-benar bersama. Dan diam itu menjadi jurang yang semakin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN