Raka tidak ingat bagaimana langkah kakinya membawa pulang tubuh itu malam itu. Yang ia tahu, hatinya seperti digerus dari dalam. Suara Sinta terus terngiang di kepalanya lembut tapi tegas, penuh luka, dan nyata. “Kalau kamu benar-benar ingin berubah, jangan buktikan sama aku. Buktikan sama dirimu sendiri.” Kalimat itu terus memukul pikirannya. Sepanjang perjalanan, dunia di luar jendela mobilnya terasa samar. Lampu-lampu kota yang berkelip seperti ejekan yang mengingatkannya pada malam-malam dulu ketika ia sering menjemput Sinta sepulang kerja, saat mereka masih tertawa tanpa beban. Sekarang, semua itu tinggal kenangan. Dan kenangan, bagi Raka, kini adalah hukuman paling panjang yang pernah ada. Sesampainya di rumah, Raka duduk di ruang tamu yang hening. Rumah itu terasa asing. T

