Sepulang dari Lake Como, hati Denis tetap gelisah. Ia seharusnya fokus mengedit videonya untuk konten yang akan tayang besok malam, namun pikirannya benar-benar kacau. Setiap kali ia mencoba bekerja, pikirannya terus kembali pada perasaannya terhadap Kanaya, antara keinginan untuk menyerah atau justru berjuang demi cintanya. “Kenapa perasaan ini begitu rumit?” batinnya. Ia membuka dan menutup aplikasi di laptopnya, namun semuanya terasa sia-sia. Konsentrasinya hancur. Akhirnya, Denis menyadari bahwa dia membutuhkan bantuan. Dia butuh berbicara dengan seseorang yang mengerti situasinya. Setelah lama berpikir, Denis memutuskan untuk menelepon Om Edwin. Pikirannya sudah terlalu kacau, dan jika dia terus seperti ini, dia tidak akan bisa fokus pada apa pun, apalagi menyelesaikan pekerjaannya.