Wanita yang menatap sinis dari dekat meja koktail adalah Dian, ibu Aliya. Ia memperhatikan Karina dari jauh dengan tatapan penuh cemburu. Dian tidak tahu bahwa Karina adalah kekasih Edwin, dan justru mengira semua perhatian yang Karina terima dari ibu-ibu sosialita itu karena Maria memakai rancangan karya Kanaya , sang juara ketiga. Ia tidak paham bahwa Maria Perkasa memberi kesempatan kepada Karina untuk menjahit gaunnya bukan karena Kanaya yang memenangkan lomba perancang busana, tetapi untuk membantu Karina membangun rasa percaya diri Karina sebagai kekasih Edwin. "Ini tidak adil," gumam Dian dalam hati, perasaan iri dan marah semakin mendidih dalam hatinya yang sempit. "Bagaimana bisa juara ketiga mendapatkan kehormatan menjahit baju Maria Perkasa? Seharusnya Aliya, anakku yang juara