Langit itu berwarna kelam, dan cukup menegangkan untuk menemani langkah Aurora yang sedang berjalan masuk ke arah Café dengan tangan laki-laki itu tidak terlepas sedikit pun dari celah jemarinya, seolah menandakan bahwa Aurora hanya milik Darren seorang, bukan milik orang lain. Langkah demi langkah Aurora rasakan begitu berat, menghimpit kantung empedunya, dan mengalirkan sepercik rasa kurang nyaman karena mengingat tujuannya ke sini bukanlah ingin kembali, tetapi ingin menyampaikan bahwa ia akan menikah nanti. Ketika telapak kakinya berhenti di ujung meja nomor 13, ia menemukan seorang laki-laki, cukup kurus dan tak terurus, wajahnya terlihat melambangkan kesedihan. Jelas sekali Aurora sangat mengenali wajah laki-laki itu. Itu William. Sudut kelopak mata Aurora sudah berkedut, ingin