*** Naswa menghela napas panjang. Wajahnya sumringah karena keinginannya telah terwujud. Meski tidak diperbolehkan untuk membawa secara langsung, setidaknya ia tahu fungsi dari alat-alat di sana. “Ayo, Nona. Kita harus segera turun. Tuan pasti sudah menunggu saya.” Kalimat Neo membuyarkan konsentrasi kebahagiaan Naswa. Dia menoleh ke kanan. “Kenapa kalian memburu aku?! Aku lagi bahagia, Neo! Kalau kau mau cepat, ya sudah! Kau turun lebih dulu! Aku masih mau berlama-lama di sini!” Glek! Tiga orang pria yang berada di dalam helikopter tersebut hanya bisa menelan ludah pahit. “Apa kalian juga mau mengusir aku dari sini??” tanya Naswa melihat pilot yang sudah membuka alat dari kepalanya. “Tidak, Nyonya. Kalau Nyonya mau berlama-lama di dalam sini, silahkan. Kami tidak melarang, Nyonya.

