Chapter 12 : Superhero

1367 Kata
Alexander Update ... Happy Reading ... Lorna menggerakkan tubuhnya, melirik ke arah Milla yang tertidur pulas. Ia kelaparan dan melirik ke arah jam yang lewat tengah malam. Ia mengeluh lalu turun dengan hati-hati dari tempat tidurnya, segera keluar dari kamar sambil mengambil jacket dan dompet miliknya. "Hm aku sangat lapar,"gumam Lorna memerhatikan Michella yang ikut tertidur meringkuk di ruang tamunya. "Nona kau mau ke mana?"tanya Michella mendadak terbangun dan segera bangkit. "Kau tidur saja, aku hanya ingin ke supermarket. Perutku lapar,"jawab Lorna melempar senyumannya. "Nona ini sudah sangat malam, biar aku saja yang—" "Jaraknya dekat, aku bisa pergi sendiri. Kau bisa menunggui Milla,"potong Lorna membuat wanita itu terdiam sejenak. "Tuan Alexander dan Billy pergi sejak tadi. Aku rasa mereka ada urusan mendadak, jadi lebih baik biar aku saja yang pergi untuk membeli makanan mu," "Aku bisa sendiri, tenanglah .."Lorna langsung melangkah, tidak ingin mendengar Michella menyela nya lagi. Wanita itu mengeluh, terpaksa membiarkan Lorna yang tampak keras kepala. Lorna mengedarkan pandangan, melihat jalanan sepi seakan tanpa penghuni. Hanya lampu jalan yang tersisa di tiap langkahnya, ia terus berjalan santai tanpa memikirkan apapun sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku jacket. Merasakan malam yang sangat dingin. "I love you honey," Tap!! Lorna berhenti melangkah saat mengingat bagaimana cara Alexander membisikkan kalimat cinta itu. Ia tersenyum tipis sekaligus menarik napasnya kasar lalu membuka kakinya kembali melangkah menuju supermarket. Tiba-tiba ia mendengar suara mobil mengaum keras tepat di belakangnya. Ia menoleh seketika dan mengerutkan kening saat sebuah supercars tersebut melewati dan berhenti di depannya. "Siapa?"batin Lorna lalu melihat dua orang keluar dari mobil tersebut mengenakan penutup wajah dan mendadak berlari ke arah Lorna. Wanita tersebut mendadak mengepal tangannya, menyeimbangkan tubuh dan menendang salah satu orang yang tampak mencoba menyerangnya. Lorna melirik ke arah satunya dan melangkah mundur saat pria itu mencoba mendekat seakan ingin membalas tendangan tersebut. Stranger itu menangkap lengan kirinya hingga ia langsung memutar tubuh sangat cekatan untuk meninju wajah pria bertopeng itu dengan tangan kanan nya sangat kuat hingga cengkeramannya terlepas. Pria satunya lagi mendekat kembali mencoba melawan namun Lorna mengelak hingga pria itu terjatuh ke tanah. Lorna menarik kerah pakaiannya dan memukulnya dengan sikut berkali-kali. Srakkk!! Pria yang satunya kembali bangkit menarik Jacket yang di pakai wanita itu, membuat ia segera menjauh dari partner nya tersebut. "Lepasss!!!teriak wanita itu mencoba menggerakkan tubuhnya kuat sambil merasakan tubuhnya terseret di tanah. "Masuk!!"perintah pria itu dengan suara garang saat mereka berada di sisi supercars. Lorna melihat pria yang tadi ia sikut bangkit kembali dari tempatnya dan melangkah ke arahnya. Lorna mulai khawatir namun tiba-tiba ia menurunkan tangannya ke bawah hingga stranger yang memaksanya masuk ke dalam mobil itu sedikit berjongkok ke arahnya. "Arrhhhhggg!! Lorna menggigit tangan pria tersebut sekuatnya lalu merasakan cengkeramannya melemah. Secepat kilat Lorna bangkit dari tempat tersebut dan mencoba berlari untuk mencari bantuan. Namun salah satu pria menangkapnya kembali, ia menjejali kaki Lorna hingga wanita tersebut jatuh. Kepalanya terbentur jalan hingga berdarah. "Ahh!"Lorna meronta merasakan tubuhnya seakan remuk seketika. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing lalu merasakan seseorang kembali menariknya, memegang jacket nya sangat kuat hingga ia di paksa untuk bangkit dari tempatnya. "Bangun jalang,"perintah pria asing itu kasar menyeret wanita itu kembali. Lorna tidak ingin kalah, ia mengaitkan kakinya di antara tulang kering pria tersebut dan menariknya ke depan begitu kuat. Pria itu terjatuh ke belakang, terguling di jalan. Lorna mencoba meloloskan diri hingga akhirnya salah satu pria lagi nekat mengarahkan tembakan ke arahnya. "Berhenti atau ku tembak!"Lorna menelan saliva nya begitu kuat, ia mengangkat tangan ke atas. Takut dengan keadaan yang tampak mencekam. Sungguh Lorna tidak berkutik, tubuhnya melemah seketika saat itu juga. Wanita itu memiliki trauma tinggi terhadap senjata api. "Harusnya kau tidak melawan agar semuanya lebih mudah,"ucap pria itu penuh ancaman masih mengarahkan benda tersebut ke arahnya. "Putar badan mu dan masuk ke mobil,"perintah pria satunya lagi, telinga Lorna berdenging, ia semakin pusing, napasnya memburu lebih cepat dari biasanya. Dor dor !! Lorna memutar tubuhnya menoleh ke arah dua orang penyerang itu tertembak. "Alexander,"panggil wanita itu saat melihat pria tersebut mendekat dengan pandangan yang semakin kabur. Ia menarik napas memerhatikan tiap ruas jalan. Bola matanya berputar dan .. Brukk!! Lorna pingsan, ia terjatuh ke tanah seketika sebelum Alexander meraihnya. "Lorna!"pria itu panik, memeriksa denyut jantungnya yang masih berdetak lambat. "Aku akan mengurus ini,"Billy mengedarkan pandangan pada dua orang yang tergeletak di jalan itu. Entah nyawa mereka masih bisa tertolong atau tidak. Alexander meraih tubuh Lorna membawanya masuk ke dalam mobil dan mencoba mencari pertolongan untuk wanita tersebut. ________________ "Tidak masalah, Lorna akan sadar. Jangan khawatir,"ucap Milla melepas stetoskop dari telinganya dan melirik ke tiap ruangan kamar. "Kau yakin?"tanya Alexander meremas tangan wanita itu erat. "Ya! Aku rasa ini berpengaruh erat dengan suara tembakan. Ia memasang Anchor pada dirinya hingga saat mendengar suara mengejutkan maka ia pingsan,"terang Milla sambil mengeluh pelan. Sugesti. "Berbahaya?" "Tidak terlalu, tapi kau harus waspada!"terangnya lagi sambil mengulum bibir lalu beranjak dari tempatnya. "Temani dia, panggil aku di kamar jika butuh sesuatu,"Milla bicara tegas, membuat Alexander hanya diam dan mengangguk pelan. "Sir," "Keluar! Aku ingin bersamanya. Berdua!"potong Alexander saat Michella mencoba meminta maaf atas keteledorannya menjaga Lorna. Ia terdiam lalu segera keluar dari kamar hotel itu bersama yang lainnya sambil menutup pintu ruangan tersebut. "Hm~ siapa yang mencoba menyakiti mu?"pikir Alexander sambil meraih jemari lemah wanita tersebut. Ia mengecupnya pelan lalu menatap kembali wajah yang tampak begitu pucat. Tiba-tiba jari itu bergerak, meremas tangannya begitu kuat. Alexander langsung menatapnya lebih dekat dan menunggu untuk melihat bagaimana mata hazel itu terbuka. "Alex,"Lorna langsung meraihnya, memeluk pria itu erat merasa begitu aman di dekatnya. "Tenanglah, kau aman di sini,"tukasnya sambil membalas pelukan Lorna yang sangat hangat hingga kedua tangannya nyaris menyatu. Mengecup pelan sudut pipi kiri wanita itu begitu lembut. "Kau harus istirahat,"bisik nya tepat melepaskan pelukan itu. Menatapnya begitu intens wajah yang memucat di depannya. "Badan mu panas,"sambung Alexander sambil meremas jemari wanita itu cukup erat. "Alexander apa aku salah jika membutuhkan mu saat ini?"tanya Lorna tanpa melepas pandangan yang begitu lemah. "Tergantung kau memilih,"balasnya sambil mengusap wajah Lorna begitu halus. "Aku ingin memelukmu hingga pagi,"Lorna langsung mendekat memeluk lekuk pinggang pria itu, menghirup aroma parfum mahal yang sangat ia kenal hingga tiba-tiba kedua pasang mata bertemu. Tap!! Bibir mereka lekat, saling meraih satu sama lain. Lorna menutup matanya merasakan lidah Alexander bermain di mulutnya, ia membalasnya lincah seakan tidak ingin kalah. Tidak perduli berapa lama ia kehilangan oksigen. Namun sepersekian detik kemudian, ciuman itu terlepas. Alexander melirik ke arah ponselnya yang tampak bergetar, ia meraihnya dan menatap intens ke arah layar itu. "Nomor tidak di kenal,"batin Alexander sambil melirik ke arah Lorna sesaat. Ia mengangkatnya tanpa beralih dari sisi itu hingga suara seorang wanita terdengar menusuk di telinga Lorna. "Sayang! Kau di mana? Aku mencari mu. Kenapa kau memblokir nomor ku Alexander?"tanya Joana membuat mata keduanya kembali bertemu. "Jangan ganggu aku,"balasnya cepat lalu mematikan ponselnya dalam hitungan detik. Lorna menurunkan pandangan lalu menarik kembali selimut tebal yang ada di dekatnya. Ia marah! Wanita itu langsung berbaring, menutup matanya yang bulat tanpa ingin bicara sepatah katapun lagi pada Alexander. ______________ Rowan bersandar pada meja bar rumahnya, memegang gelas sloki sekaligus menatapnya datar. Memikirkan banyak hal perkara Lorna. "Kapan aku bisa menyentuh mu baby,"pikirnya sambil menenggak segelas minuman. "Ahh Sial! Sedikit lagi, harusnya aku yang menyelamatkan Lorna tadi. Bukan pria b******k itu!"maki nya sambil mengepal kuat gelas yang ada di tangannya hingga pecah dan langsung melukai tangannya. Ia tidak perduli seakan tidak merasakan sakit. Rencananya gagal malam ini untuk menjadi superhero dan membuat Lorna terkesan. "Aku harus menyusun rencana dengan baik,"batinnya lagi melihat pecahan kaca yang ada di tangannya. Ia mencabutnya segera lalu mengepal kuat tangan. Drrrttt!! Ponselnya bergetar, pria itu lekas memeriksanya dan tersenyum begitu lebar, ia membalas satu pesan dengan cepat lalu meraih sebuah kain untuk mengelap darahnya. Ia memutar tubuhnya dan beranjak keluar sambil mengepal kuat kain untuk menjaga darahnya. "Hey,"sapa seseorang berdiri tegap di hadapannya. Rowan mengedarkan pandangan, meneliti wanita tersebut lalu membuang napas kasar. "Masuklah honey,"ucapnya pada seorang wanita dengan rambut hitam pekat, tempat di mana ia selalu menuntaskan hasratnya yang tertahan. Jalang yang menjadi simpanan nya di belakang Lorna selama ini. Bukan hanya satu wanita, ada banyak lagi dan sering berganti di tiap minggunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN