“KALAU mau pergi itu bilang! Lo tahu perasaan gue waktu lo ngilang? Cuma tinggal barang belanjaan di petugas sekuriti doang? Gue nyari ke mana-mana, Cia! Gue sampai puterin parkiran, gue cek semua tempat, tapi ternyata lo lagi enak-enak makan!” Aku hanya diam, karena dia memang benar. Aku kelaparan karena belum sempat sarapan. Ketika Kak Alex membawaku ke kafe dan menawari untuk makan, aku tak bisa menolaknya. Terlebih lagi, kami menghabiskan waktu untuk bicara berdua. Mengikis waktu yang pernah kita lewatkan. Saat Leo menemukanku, Kak Alex sudah pergi dan laki-laki itu langsung salah sangka lalu mengomeliku habis-habisan. Namun, aku tak merasa telah melakukan kesalahan apa pun. “Heh, lo dengar nggak? Masih punya kuping? Masih punya mulut? Bisa jawab, kan?” Aku masih diam sampai dia me

