Kisah Mereka (2)

1026 Kata
"Aku Irene Shane Ayana. Aku tertarik denganmu, boleh aku mengejarmu?" Anta terbengong. Sikap Ayana saat mabuk dengan saat sadar berbeda 360 derajat. Kenapa gadis imut tadi malam berubah jadi gadis agresif dan kuat? Tapi, dia menyukai keduanya. "Nggak boleh?" Anta tertawa. "Aku juga ingin mengatakan hal yang sama." Ayana tersenyum. "Kalau begitu, ini hari pertama kita?" Anta tertawa, mengangguk. "Oke. Oh, ya, kamu melupakan permenmu." Anta mengeluarkan kotak gambar Strawberry yang sudah terbuka. Dengan seringai nakal di wajah, dia meletakkan ke tangan Ayana. Ayana mengernyit melihat kotak itu dan salah paham. Dia berdiri, melempar kotak itu ke Anta. Mengibaskan rambutnya, lalu mencengkeram kerah baju Anta, "Aku memang menyukaimu, dan berpikir kamu pria yang baik. Tapi ternyata sama saja dengan pria lain." Anta tidak keberatan Ayana hampir membuatnya tercekik, justru dia suka perlakuan ini karena dapat kembali menghirup aroma vanila milik gadis itu. Dengan wajah polos menahan tawa, Anta berkata, "Itu milikmu. Kamu sudah menggunakannya satu tadi malam." Ayana melepaskan cengkeramannya di kerah Anta, merapikan obat dan memasukkan ke tasnya. "Dasar gila!" Anta tertawa, lalu menghentikan Ayana yang hendak keluar. "Kamu nggak ingat?" Ayana menepis tangan Anta dari pergelangannya. "Nggak ada yang perlu aku ingat─" Kilasan kejadian tadi malam akhirnya sepenuhnya diingat Ayana, termasuk dirinya yang melakukan ciuman panas bersama Anta. Seketika wajahnya memanas, merasa malu dengan adegan mengunyah sesuatu dari kotak yang baru dia lempar. Menyadari Ayana sudah ingat, Anta menggodanya. "Sudah ingat?" Ayana menaikkan dagunya, bersedekap. "Saat itu aku mabuk, harusnya kamu lebih perhatian dengan sikapku!" Anta tertawa, tapi menahan agar tidak terbahak-bahak demi menghargai Ayana. "Ah, maaf, Ay, karena aku kurang perhatian." Ayana duduk, melipat kaki. "Baguslah kalau kamu sadar kesalahanmu." "Kalau begitu, aku harus mengembalikan ini kepadamu." Anta sekali lagi meletakkan kotak Strawberry itu ke hadapan Ayana, sambil menahan tawa. "Anta!" "Ya, Ay?" "Itu nggak terlalu lucu, mengerti?" Anta semakin tertawa. "Iya benar. Itu nggak lucu, kok, nggak lucu sama sekali." Tapi dia terus tertawa. "Anta!" Ayana memukuli lengan Anta, semakin membuat pria itu tertawa. "Bagaimana rasa permennya? Manis?" "Anta!!!" "Hahahhaa... Hahahhaha..." Karena suasana itu, Ayana tidak pernah memikirkan bagaimana dia bisa sampai ke rumah Rasti dari kamar motel. Anta juga tidak pernah mengungkit tentang keluarga yang membawa Ayana pulang, bahkan sampai bertahun-tahun setelahnya. Jadi, malam itu, apa yang telah dilakukan Isa hanya diketahui oleh Rasti dan pak sopir. Sejak hari itu, Anta dan Ayana memulai hubungan. Awalnya, Ayana hanya tertarik dengan Anta karena wajah dan sikap sopannya, tapi perlahan, Anta menjadi sangat perhatian. Dia menemani Ayana ke mana pun, membantu semua tugas-tugas kampus gadis itu, sampai meminjam sejumlah uang untuk membeli stasiun radio, khusus untuk sang pacar. Anta mewujudkan mimpi Ayana menjadi penyiar. Dia tidak memandang gadis itu hanya dari latar belakangnya. Dia memberikan Ayana kebebasan, tapi tetap dalam batas kewajaran. Dia sangat memahami apa yang Ayana suka dan tidak suka. Dia mengerti apa yang terbaik untuk Ayana, meskipun yang terbaik itu mengorbankan dirinya sendiri, dan sering membuat Ayana kesal. Dia tidak sempurna, tapi mau menjadi sempurna untuk Ayana. Anta akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan Ayana. Jika tidak bisa mengandalkan kekuasaan dan harta, dia akan menggunakan kekuatan fisik untuk mendapatkan keinginan Ayana. Jika itu belum cukup, dia tidak ragu merendahkan egonya, tapi tidak pernah sekalipun mengkhianati kepercayaan gadis itu. Tindakannya yang sering berkorban ini juga sering menimbulkan konflik dalam hubungan mereka, tapi Ayana tahu, Anta melakukan semuanya untuk dirinya. Maka setelah memarahinya, Ayana akan memeluk Anta dan mengucapkan, "Aku mencintaimu." Anta pun selalu membalas, "Aku lebih mencintaimu." Anta juga pada awalnya tertarik dengan Ayana karena tawanya yang renyah, dan tingkah imut gadis itu ketika mabuk, tapi perlahan Ayana menunjukkan sisinya yang lain. Gadis itu sangat perhatian dengan keluarga Anta, tidak pernah mengeluh dengan sikap pelitnya, juga tidak pernah memamerkan kekayaan untuk melukai harga diri Anta. Daripada memberikan sejumlah uang untuk Anta secara langsung, dia akan memikirkan solusi agar Anta mendapatkan keuntungan dari stasiun radionya. Dia akan mengusulkan berbagai program yang bisa dibuat di radio, menyarankan proposal untuk mendapatkan penghasilan dari iklan, bahkan tanpa ragu menjadi maskot dan turun ke jalanan untuk menjualkan produk iklan dari klien di siaran mereka. Ayana pernah bilang, "Minat warga terhadap radio semakin turun sejak adanya internet dan media sosial, jadi kita harus berpikir kreatif untuk memunculkan lagi minat mereka." Sikap serius Ayana saat terkait penyiaran itu merupakan sisinya yang paling cantik, menurut Anta. Dia suka melihat Ayana bicara lugas di hadapan tim penyiar, dan dia bangga mengenalkan kepada mereka bahwa, "Ayana itu pacarku." Ayana tidak feminin seperti gadis lain, tapi demi Anta, dia belajar memasak dari ibu Anta, sampai membuat jarinya melepuh. Gadis itu mudah marah, tidak sabaran, dan ucapannya terkadang kasar, tapi untuk Anta, dia bersedia meminta maaf setelah kelakuan kasarnya. Dia tidak pandai menilai orang lain, cenderung berpikiran sempit dan mudah mencela, tapi kalau terkait Anta, dia paham semuanya. Perubahan kecil di wajah Anta, dia tahu. Suasana hati Anta buruk, dia tahu hanya dengan sekali pandang. Anta marah, dia tahu. Ayana tidak posesif atau manja seperti gadis lain di depan pacar mereka. Kalau ditanya kenapa dia tidak pernah cemburu kalau Anta dekat dengan gadis lain, dia akan bilang, "Memangnya, di mata Anta, ada gadis lain yang lebih menarik daripada aku?" Sikap percaya dirinya semakin membuat Anta tergila-gila. Selain itu, Ayana juga diam-diam akan melindungi Anta. Misalnya, diam-diam meminta Rasti untuk menyelesaikan kasus abang ipar Anta secara adil, meminta perusahaan tempat kakak Anta bekerja untuk lebih melihat kinerja baik kakak Anta dan bersikap adil jika sebenarnya kakak Anta memang pantas mendapatkan hak dan pangkat di perusahaan. Ayana juga membantu mengiklankan toko kelontong keluarga Anta, menyebarkan ke teman-teman kampusnya. Secara tidak langsung, keuangan keluarga Anta menjadi lebih baik karena Ayana. Setelah semua yang dilakukan Ayana, bukankah hanya pria bodoh yang akan menolak gadis itu? Semakin hari, Anta hanya semakin jatuh cinta kepada Ayana. Tidak berbeda dengan Ayana, yang setiap saat membutuhkan Anta dan dukungannya. Membutuhkan Anta untuk memuaskan haus kasih sayang dan perhatian tulus yang tidak pernah dia dapat dari keluarganya. Jika disuruh pilih Anta atau kekayaannya, Ayana tidak akan ragu memilih Anta. Bahkan, jika disuruh pilih Anta atau dunia ini, Ayana akan tetap memilih Anta. Lalu, ketika hari ini Anta bertanya, kenapa Ayana harus memilihnya, bagaimana dia bisa menjelaskan bahwa Anta adalah segalanya baginya? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN