"Nah, itu mami!" Garda langsung memupus air mata dan gegas beranjak dari pangkuan neneknya. Nenek Rani. Untuk kemudian menuju sang mami, memeluk kaki wanita yang telah melahirkannya ke dunia. "Nangis?" Gea jongkok menyejajarkan tinggi tubuhnya dengan sang putra. Menangkup pipi Garda yang agak merona. Dulu waktu kecil, Garda memang berpipi tomat. Anak ini manis sekali. Menggeleng-geleng dan bilang, "Ail matanya jatuh sendili." Ya, itu nangis. But, Garda selalu menolak dikatai menangis, dia juga selalu mengelak, padahal tidak apa-apa kalau menangis, Gea tak pernah melarang atau memarahinya atas hal tersebut. Lantas, dipeluknya anak itu. Dikecup pipinya. Kemudian diajak masuk kamar. "Bobok siang, yuk?" Melewati Mama Rani, yang Gea senyumi. Ah, tipis sekali. "Mami kenapa lama sekali