“Dion, bagaimana kabarmu sekarang? Aku pernah melewati pabrik kain milikmu. Tempatnya terlihat sepi. Pintunya tertutup. Hanya ada satpam yang berjaga. Kenapa? Apa kondisimu sekarang semakin turun?” Kaila bertanya. Suaranya terdengar sedih. Wajahnya dipenuhi rasa iba. Namun, siapapun yang mendengar tahu jika ada nada merendahkan di sana. Dion mendengkus. Dia tetap menunduk, menikmati makanannya dan tidak berniat menjawab. Auranya semakin gelap. Matanya melirik Arka seolah memintanya untuk bertanggung jawab. Arka tersedak mendapat sedikit lirikan dari Dion. Sebenarnya, dia hanya ingin berbasa-basi dengan Kaila. Tidak disangka, kalimat pertama yang keluar berupa sindiran. “Ehm, Kaila, apa kamu tidak tahu kalau pabrik Dion itu memang sudah ditutup?” Berita tentang penutupan pabrik itu sem

