Harapan Terakhir

1021 Kata

Kaila terbangun karena mencium bau disinfektan yang menyengat. Mulutnya menggeram rendah karena kepalanya yang pusing. Tiba-tiba, sekelebat bayangan muncul. Dia teringat kejadian sebelum kesadarannya hilang. Wajah marah itu… Mata merah itu… Dan telunjuk yang mengarah langsung kepadanya. Rasa sakit menjalar di hatinya. Perlahan, dia membuka mata. “Kamu sudah bangun?” Suara itu membuat kaila menoleh. Meski merasa sakit hati pada Alan, dia tetap berharap bisa melihat suaminya saat siuman. Namun, sosok yang muncul membuat sakit hatinya semakin menjadi. “Mama? Alan mana?” Suaranya serak. Tenggorokannya sakit. Hilda mengulurkan sebuah gelas. “Dia masih sibuk. Jam segini pasti masih di kantor. Kamu yang tenang saja. Pulihkan dulu tubuhmu.” Kerja? Huh, dia saja terluka karena Alan! Ka

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN