Edwin menatap bingung pada Sara yang menangis dalam pelukan Chila, yang menurutnya orang yang belum dikenal lama. Atau apa karena sesama wanita lantas Sara bisa menangis seperti itu, pikir Edwin, padahal dia sendiri sebagai suaminya juga bersedia menjadi tempat bersandar bagi istrinya, tetapi ternyata tidak begitu ceritanya. Masih dalam isak tangis, Sara merenggangkan pelukannya seraya menatap Edwin. “M-Mas, bisa t-tinggalkan kami bertiga,” pinta Sara terbata-bata. Semakin bingunglah Edwin dengan permintaan Sara. “Aku mohon tinggalkan kami bertiga, hanya sebentar saja,” mohon Sara berharap suaminya pengertian. Pria itu melayangkan pandangannya ke Darren penuh tanda tanya, ingin bertanya ada apa tapi ragu untuk bertanya. “Kalau kamu ingin melihat pria itu, di luar ada ajudan saya yang b