Dua Puluh Tiga

1032 Kata
Diara bergegas membukakan pintu apartemen saat mendengar bel yang berbunyi siang ini, dan saat pintu terbuka ia mendapati seorang pria berjaket kulit tersenyum lebar padanya yang membuat mata besarnya menyipit. "Mas Andri?" tanya Diara coba memastikan. "Ya, kamu pasti Diara kan?" Diara tersenyum senang sambil membuka pintu lebih lebar, "silahkan masuk mas." Pria bernama Andri itu masuk dengan langkah semangat, "jangan terlalu formal, panggil Andri saja, kita harus akrab dengan cepat karena hanya kita berdua yang mengetahui rahasia Mas Nick bukan?" Diara agak terkejut melihat sikap Andri yang ternyata sangat easy going, dia pikir karena ini adalah orang kepercayaan Nick, maka sifatnya juga mirip. Ternyata Andri terlihat jauh lebih hangat.Bahkan dia bicara tanpa basa-basi dan seolah sudah kenal lama dengan Diara. "Jadi dimana bayi kecil itu? Aku tidak sabar melihatnya!" Andri menunjukkan wajah sangat antusias bertanya pada Diara sambil memperhatikan sekitar mencari bayi yang Nick sampaikan padanya sebelumnya. Diara ikut tersenyum lebar, "dia di kamar mungkin sudah tidur. Mau melihatnya?" "Ayo!" Diara dan Andri berjalan menuju kamar untuk melihat Ghiana yang tertidur pulas di atas ranjang. "Wuaaah, cantik sekali, siapa namanya?" Andri duduk disebelah Ghiana sambil menyentuh pipi Ghiana sambil menahan diri agar tidak mencubit yang membuat baby Ghiana sedikit bergeraknamun tetap memejamkan mata. "Ghiana, dia memang sangat cantik dan menggemaskan," ujar Diara sambil ikut duduk memperhatikan baby Ghiana. "Hey Ghiana! Ini Om Andri," Andri memperkenalkan diri dengan imut, bahkan membuat Diara yang melihatnya gemas. "Suaramu terlalu besar, kamu bisa membangunkannya." Andri terkekeh, "maaf maaf. Kita keluar untuk mengobrol?" "Baiklah." * Diara membawakan segelas minuman untuk Andri yang duduk di sofa ruang tengah sambil memainkan ponselnya. "Ayo diminum." "Terima kasih, jadi bagaimana perasaanmu bekerja kepada Mas Nick?" tanya Andri setelah meminum sedikit dan meletakkannya lagi di atas meja. "Awalnya aku pikir aku tidak akan bisa bertahan lama karena dia tampak sangat tidak menginginkan kehadiranku, dia juga sangat tidak ramah." "Itu karena dia di apartemen ini memang untuk menyendiri, kehadiranmu tentu sangat merusak semuanya." Diara hanya menarik sudur bibirnya, "aku mana tahu, aku hanya disuruh Pak Adrian." "Pasti bayaranmu besar kan?" "Ya, bahkan aku tidak pernah dipikir akan dibayar sebesar itu untuk menjadi seorang pembantu. Ah tidak, aku awalnya berpikir akan menjadi pengasuh anak kecil, nyatanya anak Pak Adrian sudah sangat dewasa, aku benar-benar shock. Pak Adrian tidak memberi tahuku sebelumnya." Andri terkekeh mendengar cerita dan ekspresi Diara, "ternyata akhirnya kamu memang menjadi pengasuh anak kan?" Diara mengangguk, "kehadiran Ghiana seperti penyelamat bagiku. Kalau tidak, mungkin aku tidak akan bisa bertahan disini. Baru bertemu saja Mas Nick sudah memikirkan cara untuk mengusirku." "Semuanya berbalik, awalnya kamu harus menjalankan misi dari Pak Adrian, tapi nyatanya malah kamu berada dipihak Mas Nick menyembunyikan rahasia dari Pak Adrian." Mendengar ucapan Andri membuat Diara memiringkan kepalanya bingung, "misi dari Pak Adrian?" "Hey, kita ini sama. Jadi jangan saling merahasiakan satu sama lain." "Aku benar-benar tidak paham." Andri memperbaiki posisi duduknya menatap Diara, "tiba-tiba Pak Adrian mencari ornag untuk ada di tempat Mas Nick, kamu pasti orang spesial yang dipercayai Pak Adrian untuk mengawasi Mas Nick bukan? Bahkan Pak Adrian memberikanmu apartemen tepat di depan apartemen Mas Nick. Tidak ada satupun tindakan Pak Adrian yang tidak memiliki tujuan. Keluarga ini sedikit mengerikan." Mata Diara membulat besar mendengar ucapan Andri, "Pak Adrian tidak minta apapun selain memastikan Mas Nick dalam kondisi baik-baik saja. Hanya saja waktu itu Pak Adrian sempat bicara tentang menjaga agar Mas Nick tidak dekat dengan wanita bernama Tania." Mendengar ucapan polos Diara, kontan membuat Andri geleng-geleng kepala, "kamu benar-benar sedang mengkhianati Pak Adrian, Diara." "Hey! Apa maksudnya?" Diara benar-benar bingung sekaligus tersinggung tapi begitu penasaran dengan maksud ucapan Andri. "Kita itu sama saja, dibayar Pak Adrian untuk mengawasi Mas Nick, tapi kita malah bekerja untuk Mas Nick. Kamu itu disuruh Pak Adrian ngawasin Mas Nick biar ga punya hubungan lagi sama Mbak Tania, eh kamu malah ngerawat anak Mbak Tania di apartemen Mas Nick. Kamu adalah senior pengkhianatan." canda Andri berlagak memberi salam hormat pada Diara. Diara ternganga mendengar ucapan Andri, "aku sebenarnya dari awal bingung, dan aku baru bisa mulai paham sedikit sekarang." "Jika aku dalam posisi kamu aku juga akan sangat bingung. Jika kamu menghindari masalah, harusnya sejak awal kamu suruh Mas Nick buang anak itu kemanapun." Diara menghela napas, "aku malah yang meminta Mas Nick untuk menjaga anak ini. Karena dari awal aku pikir Mas Nick adalah ayah dari Ghiana dan dia tidak ingin bertanggung jawab juga." Andri terkekeh dan mengangguk-angguk, "benar juga, tapi kenapa kamu tidak tanya Mas Nick." Diara memutar bola matanya malas, "kamu seperti tidak tahu Mas Nick saja. Dia tidak bicara banyak, apalagi saat itu aku baru bekerja dengannya, bahkan menyapanya saja aku masih takut. Kamu tahu? Aku baru tahu kalau baby Ghiana bukan anak Mas Nick itu semalam!" "Yaa, kamu salah paham terlalu lama. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana pandanganmu selama itu pada Mas Nick." "Aku bahkan sempat berpikir dia pria b******k yang tidak bertanggung jawab. Aku jadi merasa bersalah, tapi kan itu salahnya juga membuat aku salah sangka!" Andri tertawa melihat Diara yang merasa bersalah tapi masih ingin membela diri, "aku akan kadukan ini ke Mas Nick." "Hey! Bukankah seharusnya kita saling bantu!? Kamu ini benar-benar!" "Ya ya yaaa, baiklah." "Kalau boleh aku tahu, kenapa wanita bernama Tania itu memberikan baby Ghiana pada Mas Nick? Kalau dia memang tidak bisa urus, kenapa dia tidak berikan pada ayah asli dari Ghiana?? Kenapa pada Mas Nick?" Diara yang sudah lama penasaran coba bertanya pada Andri. Andri memperhatikan sekitar sambil memperdekat posisinya dengan Diara, "sepertinya aku harus sedikit bercerita padamu supaya kamu bisa mengikuti alur ini dengan baik dan seru." Andri bicara dengan serius namun masih menyelipkan candaan di dalamnya. Diara juga memperdekat posisinya dengan Andri, entah kenapa ia merasa langsung akrab dengan Andri padahal mereka baru bertemu. Mungkin karena selama ini hanya berinteraksi dengan Nick yang irit bicara, bertemu dengan Andri sudah seperti angin segar bagi Diara. "Jadi bagaimana? Aku benar benar mati penasaran karena ini." Andri menggosokkan tangannya sebelum bicara, "jadi Ghiana ini anaknya Mbak Tania, tapi ayahnya bukan Mas Nick." "Sampai situ aku tahu! Bisakah kamu lebih cepat!?" Diara tidak tahan lagi karena ia merasa Andri terlalu berlama-lama. Andri terbahak, "wah bahkan kamu lebih penasaran dan tidak sabaran dibanding yang aku kira, hahaha. Jangan terlalu cepat, kita harus tetap santai Diara." Diara memukul lutut Andri yang sudah akan beradu dengan lututnya karena saking gemas dan gregetnya, "aku tidak bisa lebih sabar! Bisa dipercepat!?" "Baiklah-baiklah, jadi dari mana aku harus memulainya?" "Hubungan Mas Nick dan Mbak Tania dulu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN