Niko POV Aku memandang arloji hitam di pergelangan tanganku berkali-kali. Sudah lewat dari jam dua siang, tapi Hermawan purwadinata tak kunjung datang. Padahal aku datang lima belas menit sebelum waktu yang ditentukan, karena aku sangat tahu pasti, ayah Raina itu tidak suka dengan keterlambatan. Hingga lima belas menit berlalu dan dia tidak kunjung datang. Aku sudah duduk dengan gelisah, daripada aku membuang waktu disini, lebih baik aku mencari Raina. Sejujurnya aku sedikit mengkhawatirkannya. Aku hampir saja berdiri ketika beliau tampak melambai dari arah pintu dan menghampiri meja yang sudah aku pesan. “Maaf, tadi ada sedikit masalah dikantor.” Aku tersenyum mengangguk. Kemudian melambai ke arah pelayan yang langsung sigap menghampiri kami. “Ini daftar menunya tua