Elin melangkahkan kakinya menuju teras rumahnya. Rumah yang selama hampir tujuh bulan ia tinggalkan. Ada rasa bahagia, karena pernikahannya masih bisa dipertahankan, apalagi penantian selama sepuluh tahun, kini terkabul. Elin bisa hamil setelah melalui lika-liku selama sepuluh tahun. Kehamilannya bahkan tidak ia ketahui, karena ia sudah biasa terlambat datang bulan dan kalau dia test, hasilnya bakal mengecewakan hati. “Yuk masuk, Lin?” ajak Rendra. “Iya, Mas,” jawabnya. “Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Rendra. “Iya, baik-baik saja, Mas. Memang kenapa?” jawab Elin. “Aku kira, sekarang kita sudah seperti dulu lagi, hanya berdua, tidak ada siapa pun yang mengganggu kita, Lin. Memang keadaannya sekarang berbeda setelah kejadian itu, tapi aku tidak pernag berubah, Lin. Rasa cinta ini tida