Aura Di Kamar Shen

1004 Kata
"Apakah pria yang akan menikah denganku memiliki paras setampan Paman? Kalau tidak, kenapa Tidak Paman saja yang menikahiku? Kalau Paman yang menikahiku, maka aku tidak akan menghindarinya." Ujar Aura yang membuat Shen langsung menelan air liurnya dengan susah payah. Shen langsung memiringkan kepalanya dan melumat bibir Aura dengan penuh nafsu, dan Aura pun membalasnya karena Aura juga sudah mulai mengerti tentang permainan bibir. Shen semakin memperdalam ciumannya saat Aura membalas lumatannya, hingga keduanya hanyut dalam permainan bibir mereka. Saat Shen ingin menyentuh salah satu gunung kembar Aura, ponsel Shen berdering, dan Shen langsung menggeram kesal karena merasa ada yang mengganggu aktifitas atau permainan serunya. Shen membenarkan kembali selimut Aura, dan mengambil ponselnya, lalu turun dari ranjang dan menerima panggilan masuk tersebut dengan posisi membelakangi Aura. "Halo, Shen. Bagaimana, apa kamu sudah menemukan keberadaan keponakanmu?" tanya Arya dengan wajah paniknya, membuat Shen yang mendengar pertanyaan Arya langsung mendesah kasar, karena menganggap Arya sangat tidak sabaran. "Kalau Kakak tidak bisa sabar menunggu kabar dariku, lebih baik Kakak cari sendiri dimana Aura." Ujar Shen dengan nada datarnya, lalu mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, membuat Arya yang melihat layar ponselnya sudah gelap langsung membanting ponselnya ke lantai hingga ponsel itu hancur tak berbentuk. "Dasar kulkas pintu mahal. Dingin, datar." Umpat Elis yang mengerti dengan kemarahan Arya, dimana Elis sudah paham kalau Arya kesal karena kedatangan adiknya, yang tak lain adalah Shen. Shen kembali membalikkan badannya dan melihat Aura sudah berpakaian rapi. Shen mendekati Aura, dan mengecup kening Aura dengan lembut. "Boleh Paman bertanya sesuatu?" tanya Shen seraya mengelus pucuk kepala Aura dengan lembut. Aura langsung menganggukkan kepalanya, memberi Shen kesempatan untuk melempar pertanyaannya. "Bagaimana rasanya berciuman dengan Paman ?" Tanya Shen to the poin. Aura yang mendengar pertanyaan Shen langsung memperlihatkan senyum malu-malunya. "Jantungan. Ada rasa yang bergetar, tapi enak. Bingung sih gimana ngejelasinnya." Ujar Aura menjawab pertanyaan Shen dengan jujur, dan jawaban Aura berhasil membuat Shen tersenyum. "Ingin mengulanginya lagi nggak?" tanya Shen penuh harap. "Memangnya Paman mau menciumku lagi?" tanya Aura yang membuat Shen tidak percaya, karena kalimat itu yang seharusnya terlontar dari mulutnya, bukan mulut Aura . Namun meski begitu, Shen cukup merasa senang, dan langsung menganggukkan kepalanya. "Aku akan memberimu kenikmatan yang lebih, menciummu, bahkan lebih dari sekedar ciuman, asal kamu bisa memenuhi beberapa syarat dari Paman." Ujar Shen dengan pelan, karena sebenarnya Shen merasa bersalah pada Aura, tapi Shen tidak bisa berbuat apa-apa. Aura langsung menganggukkan kepalanya. "Apa syaratnya?" tanya Aura penasaran. "Pertama, jangan pernah memberitahu siapapun apa yang kita lakukan disini, dan bahkan kalau kita mengulanginya lagi, kamu juga tetap harus merahasiakannya. Dan yang kedua, kamu tidak boleh mendatangi tempat seperti ini." Ujar Shen dengan penuh ketegasan, dan Aura hanya diam saja seperti sedang berpikir, membuat Shen yang melihat aura hanya diam saja sedikit was was, takut Aura akan memberitahu Arya ataupun Elis tentang apa yang baru saja dirinya lakukan pada Aura. "Baiklah. Aku akan memenuhi 2 syarat dari yang Paman ajukan. Tapi aku minta tambahan sama Paman." Ujar Aura yang sedikit membuat Shen merasa lega. "Tambahan apa?" tanya Shen penasaran "Tambahan uang jajan aku, terus minta bantuin agar Papa atau Mama agar tidak memaksa aku untuk menikah." Ujar Aura yang membuat Shen bingung untuk bereaksi, apakah dirinya harus merasa senang karena Aura hanya meminta tambahan uang jajan, tapi tidak dipungkiri Shen sedikit kesulitan untuk memenuhi permintaan Aura tentang pernikahan yang Aura tidak inginkan. "Baiklah. Paman juga bersiap memenuhi permintaan tambahan kamu." Ujar Shen dengan penuh ketegasan, membuat Aura merasa kesenangan Karena Ternyata ia masih memiliki harapan untuk tidak menikah muda. "Ayo, Paman antar pulang." Ujar Shen tegas, yang langsung dipatuhi oleh Aura. Aura langsung keluar dari kamar itu, dan menggandeng lengan Shen, untuk pulang. Selama perjalanan pulang, Aura terus menempel pada Shen dengan manjanya, dan Shen sendiri juga tidak keberatan. Sesampainya di rumah, Shen membantu Aura keluar dari mobil, dan masuk ke dalam rumah, yang langsung disambut dengan pelukan oleh Elis. "Sayang, akhirnya kamu pulang dalam keadaan baik-baik saja." Ujar Elis yang terus memeluk Aura, dan Arya yang melihat kedatangan Aura cukup merasa lega. "Syukurlah. Shen, terimakasih karena kamu sudah mau membantu Kakak Untuk mencari keponakan kamu." Ujar Arya dengan perasaan lega saat Shen ingin menaiki anak tangga dan melewati Arya. Shen tidak menjawab ucapan terimakasih Arya, dan Arya juga tidak merasa sakit hati saat ucapannya diabaikan oleh Shen, karena Arya sudah paham dengan karakter Shen yang datar dan dingin. Shen langsung memutuskan untuk mandi, lalu kembali membuka laptopnya dan bekerja hingga malam. Wajar saja kalau Arya sering mengatakan kalau Shen orang yang gila kerja, karena Shen tidak mengenal waktu, itu karena Shen selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan. Makanya Shen jarang pulang dan lebih memilih untuk membeli rumah pribadi tanpa sepengetahuan Arya, itu karena Arya selalu memberi julukan Shen sebagai pria yang gila kerja. Selain Arya memberi julukan Shen sebagai pria gila kerja, Arya juga memberi julukan Shen sebagai pria datar, hingga Arya mengubah nama Shen jadi pria berwajah pintu kulkas. Jadi Arya mengikuti Elis untuk memberi julukan sebagai pria berwajah pintu kulkas. Shen sendiri jarang ada di rumah utama, itu karena Shen memang Shen malas pulang, dan lebih suka menghabiskan waktunya di kantor. Namun meski begitu, Shen tetap tinggal di rumah utama dengan Arya, tapi Shen lebih sering tinggal di rumah pribadinya, namun Arya hanya tahu kalau Shen punya apartemen dan tinggal di apartemen kalau tidak pulang ke rumah, padahal kenyataannya Shen pulang ke rumah pribadinya, bukan ke apartemen seperti yang ia beritahu pada Arya. Jam 12.00 malam, Shen memilih menyudahi pekerjaannya. Shen menutup laptopnya, dan meletakkan di atas meja. Shen beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya sebelum tidur. Shen kembali keluar dari kamar mandi dan naik ke atas ranjang untuk beristirahat. Belum sempat Shen memejamkan matanya, pintu kamar Shen terbuka dan Shen langsung bangun tanpa mengalihkan pandangannya dari pintu. Berapa terkejutnya Shen saat melihat Aura masuk ke dalam kamarnya, dan ini pertama kalinya Aura masuk ke kamarnya di tengah malam tanpa Shen tahu apa kepentingan atau keperluan Aura mendatangi kamarnya. Aura masuk dan menutup pintu kamar Shen, lalu mendekati Shen yang masih terus menatapnya. "Aura, ngapain kamu kesini…"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN