Khilaf 41

1955 Kata

Tak perlu lagi mengiba. Ajiz tak mungkin bisa diajak kompromi. Namun aku tetap berharap sebesar apapun kemarahannya, apa yang dilihat dan disangkanya tidak sampai ke telinga Bapak. Aku yakin Ajiz masih memiliki nurani untuk melindungiku dari aib yang aku sendiri tak tahu harus bagaimana menatap wajah Bapak jika beliau mengajak bicara empat mata menanyakan aib yang sangat memalukan itu. "Bang, di putaran dekat rumah makan Palem Merah, stop ya," pintaku pada sopir angkot yang membawaku menuju rumah Egar. Sopir yang aku perkirakan usianya tak terlalu jauh denganku itu mengangguk santai. Semua rencana pengelanaanku untuk mencari Mama yang sedianya akan ditemani Ajiz terpaksa harus batal. Setelah siap aku tadi langsung berangkat tanpa lebih dulu menghubungi Ajiz, karena sudah pasti nomorku

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN