Hari itu, matahari Melbourne bersinar lembut, membiaskan cahaya hangat di antara daun-daun yang bergoyang diterpa angin. Dari kejauhan, Sebastian berdiri di balik mobil sewaannya yang terparkir tidak jauh dari rumah Valenia. Ia telah berada di sana sejak pagi, menunggu, memperhatikan setiap gerak yang terjadi di sekitar rumah itu. Sudah berjam-jam berlalu, namun Sebastian masih tetap di tempatnya, berharap ada sedikit kesempatan untuk berbicara dengan Valenia tanpa gangguan siapa pun. Ia tahu, dengan keberadaan Celine, mustahil baginya untuk bisa berbicara berdua dengan Valenia. Tapi ia juga tahu, kesempatan tidak datang dua kali. Dari balik kaca mobil, Sebastian melihat gerbang rumah itu terbuka. Sosok Celine keluar tergesa sambil membawa tas kecil dan ponsel di tangan. Perempuan itu

