Sebastian mulai merasa gelisah saat berada di kamarnya. Ia duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela, tapi pikirannya tidak berhenti berputar. Bayangan masa lalu datang satu per satu, setelah melihat sikap Valenia mulai berubah sejak keluar dari kamar ayahnya. Kini dia mulai teringat saat James mendatanginya, tak lama setelah ia menyerahkan jabatan CEO pada Yanto. “Bagaimana dengan penyerahannya, James?” tanya Sebastian kala itu. “Tuan Yanto cukup ramah dan bersahabat,” jawab James. “Beliau bahkan sempat berkata tidak enak hati pada saya. Tapi saya bilang, tidak perlu merasa begitu, karena sejak awal Tuan memang bermaksud menghadiahkan kedudukan itu kepadanya.” Saat itu Sebastian hanya mengangguk tanpa berpikir panjang. Pikirannya sedang kacau, sibuk bersiap ke Melbourne

