“Akhirnya Nona sudah kembali. Bagaimana keadaan Sebastian? Apakah parah?” sambut Celine dengan nada cemas begitu melihat kemunculan Valenia di ambang pintu. Valenia menghentikan langkahnya. Napasnya masih berat, matanya berkilat penuh amarah. “Jangan sebut nama pria bodoh itu lagi!” sergahnya, suaranya meninggi. Ingatan tentang Sebastian yang selalu menuduhnya tanpa bukti membuat dadanya sesak. Celine terdiam, menelan ludah, tidak berani melanjutkan pertanyaannya. Celine sudah lama menjadi asisten Valenia. Ia sudah hafal betul sifat nona mudanya itu. Karena itu, Celine tidak marah meski dibentak. Ia tahu Valenia bukan benar-benar memarahinya, Valenia hanya sedang dalam suasana hati yang buruk. Biasanya, setelah waktu berlalu, Valenia sendiri yang akan bercerita tentang apa yang terjadi

