“Ayah, kau sudah mencapai keinginanmu. Sekarang giliran Amel kapan?” Suara Amelia terdengar dingin, tapi di balik nada suaranya terselip kekecewaan yang dalam. Ia berdiri di hadapan Yanto, mengenakan gaun elegan berwarna pastel. Wajahnya tampak tenang, namun matanya menyimpan gejolak keinginan yang sulit disembunyikan. Kini Yanto duduk di kursi kebanggaan, jabatan CEO di perusahaan Ardana. Sebuah posisi yang dulu hanya bisa ia impikan, kini telah benar-benar dalam genggamannya. Yanto menatap putrinya dengan senyum kecil. “Tenang dulu, sayang. Ayah pasti akan mencari kesempatan agar kamu bisa bersama Sebastian lagi.” Ia menepuk pundak Amelia dengan lembut, seolah menenangkan anak kecil yang sedang merajuk. “Ayah juga ingin punya menantu seperti Sebastian. Anak itu cerdas, berwibawa

