Arya sedang berjalan menuju suatu tempat, tangan kanannya menggenggam seikat bunga tulip merah dan beberapa bunga lainnya yang ia tanam sendiri di halaman rumahnya. Mata lelaki itu tertuju pada sebuah gundukan tanah yang sudah ditumbuhi oleh rumput. Aryan tersenyum hangat, lelaki itu berjongkok dan meletakkan bunga yang ia bawa di atas sana. Tangannya terulur, mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Clara Anandita Nugroho. "Hai, Sayang. Apa kabar?" tanya lelaki itu sambil mengusap lembut baru nisa milik istrinya. "Kabar aku baik, dan ... kabar Rissa juga baik," ujar Arya sambil tersenyum. Lelaki itu memandangi pusara istrinya, selalu saja seperti ini. Matanya sudah basah duluan bahkan saat lelaki itu mengucapakan beberapa patah kata saja. Padahal Arya sudah berjanji pada dirinya
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari


