Hari terus berjalan. Janu begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sepulang dari perusahaan Malaka Hutama, dia masih harus berkerja di apartemennya. Terkadang, juga harus ke Glory, untuk meeting bersama team yang sedang mengerjakan proyek-proyek yang mereka dapatkan. Hubungannya dengan Gea dengan sendirinya merenggang. Karena kesibukannya, dia juga bisa sedikit mengalihkan pikiran dari sulung Hutama. Penolakan kedua orang tua Mekka—sudah jelas. Janu tidak mungkin melangkah maju. Dia harus berhenti untuk saat ini. “Hari ini jadwal meeting dengan Pak Seno, bukan??” Janu yang masih menarikan jemarinya di atas keybord—mengangkat kepala. Melihat sang atasan yang sudah menoleh, serta menatap ke arahnya. Ia menganggukkan kepala. “Benar.” Lalu pria itu melirik benda yang melingkari pergelangan tangan