26

1812 Kata

Aku tak mengatakan apa-apa, hanya memeluk Farhan erat. Bunda juga kangen pada ayahmu, Nak. Tapi bunda tak ingin kembali lalu disakiti lagi. Tak akan pernah ada kesempatan kedua. "Bunda, aku sebentar lagi masuk sekolah, kan?" Farhan mendongak. Kuusap air jernih yang menggantung di sudut matanya. "Iya, Sayang. Tunggu paketannya datang lalu bunda urus pendaftaran di sekolahmu yang baru, ya?" Farhan mengangguk antusias. Diulurkannya HP yang langsung kuterima. Ada beberapa pesan masuk dari Mas Yoga. Tanpa membaca, langsung kuhapus. "Sudah siap?" Suara berat sedikit serak itu refleks membuatku menoleh ke belakang. Mas Zain berdiri di belakangku membawa kunci motor. Kuusap kepala Farhan. "Bunda pergi dulu, ya? Mau cari rumah untuk kita tinggali." "Kenapa tidak tinggal di rumah ayah saja, B

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN