“Kamu jangan mancing-mancing. Nanti diseriusi bingung. Mau memangnya saya seriusi?” tanya Altha sambil menatap Mazida intens. Ia menopang dagunya dengan telapak tangan kanan. Giliran Mazida yang mati kutu. Dati tadi, Mazida merasa Altha terus melempar umpan. Sesekali ia menyambarnya, atau ikut melempar candaan, ingin tahu seperti apa reaksi pria itu. Ternyata ia tetap kalah melawan pria tampan satu ini. “Mas Altha nggak jelas.” Mazida tertawa garing. “Tuh, kan. Saya mode serius, kamu malah mengelak. Dasar betina.” Mazida kembali tertawa. Hari ini, Mazida hanya ingin bebas, melakukan apa pun agar bahagia, berbuat apa pun mengikuti kata hatinya asal tidak melewati batas. Ia tidak peduli dengan Bagas dan hubungannya. Ia hanya butuh Altha dengan sikapnya yang dewasa dan bisa ‘ngemong’ di

