“Mas, tapi–“ Ucapan Mazida tidak terucap secara sempurna sebab Bagas sedikit menarik, memintanya turun. “Ayo, Zi.” “Aku nggak mau!” “Lalu apa yang bisa kita lakukan selain ini?” “Nggak tahu! Dan kenapa aku sampai gila begini, sih? Aku tersiksa.” Mazida terus bergerak, meraba tubuhnya. “Kamu percaya, kan, sama aku? Untuk itulah, ayo ikut aku.” Mazida mengikat asal pasminanya yang sudah sedikit tersingkap. Meskipun dalam kondisi tersiksa, ia masih waras dengan harus menutup aurat. Dengan sedikit memaksa, Bagas menggandeng Mazida. Pria itu menuju resepsionis untuk memesan satu kamar. Setelah resepsionis memberikan cardlock, pria itu kembali menggandeng Mazida menyusuri koridor hotel. “Mas, aku nggak mau. Aku pengen pulang,” rengek Mazida. Wanita itu bingung menyeimbangkan antara kew

