"Tidak akan! Jika aku berada di ambang kematian pun, aku masih akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap hidup demi kamu, An. Pegang janjiku!" Andhara sontak mencubit gemas laki-laki tiga puluh tujuh tahun itu, "Baru saja melamarku dan kau sudah membicarakan kematian, Mas? Tidak adakah bahasan lain yang lebih enak di bahas?" gerutu Andhara kesal. Sontak Yudha tertawa, ia menatap dalam-dalam manik mata Andhara yang memerah itu, disentuhnya dengan lembut pipi Andhara yang bersemu pink itu. "Hanya untuk meyakinkan kamu bahwa satu-satunya alasan yang kemudian membuat aku pergi meninggalkan dirimu hanyalah kematian, An. Bukan alasan lain." desis Yudha lirih sambil mengulas senyum. "Aku tidak ingin kamu cepat-cepat mati, Mas!" sergah Andhara kesal, kenapa jadi bahas kematian sih? Horor! "Tida