Ghazio Malik Alsakhi

1801 Kata

Pesawat kini sudah melayang di udara, menembus langit malam yang gelap dan bertabur bintang. Lampu kabin diredupkan, dan sebagian besar penumpang mulai beristirahat. Gia menatap lurus ke jendela, melihat kota Makkah yang semakin mengecil di kejauhan — hingga akhirnya menghilang di balik awan. Namun pikirannya justru tak tenang. Suara tawa lembut Zio yang duduk di samping ayahnya membuat hatinya bergetar pelan. Ia bahkan bisa mencium samar aroma parfum kayu dan citrus yang elegan dari arah kursi sebelah. “Astaghfirullah… “ Gia menunduk cepat, menutup matanya sesaat. “Apa yang aku pikirkan? Kenapa aku seperti… mengharapkan sesuatu dari pertemuan ini?” Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan diri. “Tidak, Gia. Jangan bodoh. Ini hanya kebetulan. Kamu baru saja pulang dari Tanah Suc

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN