Hari Pernikahan

2351 Kata

Satu Minggu Kemudian. Suasana pagi itu terasa hangat dan lembut di rumah Farid. Aroma bunga melati dan mawar segar memenuhi ruang tamu, sementara beberapa desainer busana berlalu-lalang membawa kain putih gading dan renda halus. Di tengah keramaian itu, Gia duduk di depan cermin besar, memperhatikan bayangannya sendiri. Wajahnya tampak tenang, tapi matanya menyimpan ribuan rasa. Sudah lama ia tidak merasa seperti ini — campuran antara bahagia, gugup, dan terharu. Hari pernikahannya dengan Zio semakin dekat. “Sayang, kamu yakin dengan pilihan warna gaun ini?” tanya Rafa, sahabat sekaligus penata gaya pribadi Gia, sambil menata kain satin lembut di pundaknya. Gia tersenyum. “Putih selalu punya makna yang dalam, Rafa. Aku ingin segalanya sederhana, tapi elegan. Zio juga bilang, dia ingin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN