Sore itu langit sudah mulai berwarna jingga keemasan. Dari balik jendela besar kantornya di lantai delapan, Gia memandangi suasana kota yang mulai padat oleh kendaraan pulang kerja. Ia baru saja menyelesaikan beberapa laporan ketika ponselnya bergetar di atas meja. Layar ponselnya menampilkan nama yang sangat ia kenal — Ayah. Gia tersenyum kecil lalu membuka pesan itu. (Farid: Nak, kamu jadi meeting? Jadi pulang telat?) Gia segera mengetik balasan sambil sedikit bersandar di kursinya. (Gia: Meetingnya jadinya tadi siang, Ayah. Sebentar lagi aku pulang.) Pesan terkirim. Ia melirik jam tangan—pukul lima lewat sepuluh menit. Ia berpikir untuk mampir sebentar membeli buah untuk Ayah. Namun belum sempat berdiri, ponselnya kembali berbunyi. (Farid: Syukurlah. Akan ada tamu nanti malam. Te

