Kabar Bahagia!

2713 Kata

Beberapa hari kemudian, di akhir pekan itu rumah Gia dan Zio dipenuhi aroma teh melati dan roti panggang. Gia berjalan pelan dari dapur ke ruang makan sambil membawa nampan, namun langkahnya mendadak terhenti. Perutnya terasa bergejolak aneh — mual, seperti ingin muntah. Ia meletakkan nampan di meja dan menutup mulutnya cepat-cepat, lalu berlari ke kamar mandi. Zio yang baru turun dari lantai atas segera menyusul dengan wajah panik. “Gia? Sayang, kamu kenapa?” Gia keluar sambil mengelap bibirnya dengan tisu, wajahnya pucat. “Entahlah, Mas… mungkin masuk angin atau salah makan,” ujarnya pelan, berusaha menenangkan diri. Tapi mata Zio langsung menunjukkan kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan. Ia menggenggam tangan Gia erat. “Kita ke rumah sakit sekarang.” Gia menolak lembut. “Nggak u

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN